Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lebih Sedikit Beras dengan Harga yang Sama: Inflasi Mencekik Warung Makan Asia

Lebih Sedikit Beras dengan Harga yang Sama: Inflasi Mencekik  Warung Makan Asia Kredit Foto: Reuters/Kim Hong-Ji
Warta Ekonomi, Beijing -

Keuntungan di restoran hotpot pedas Ma Hong telah berkurang sekitar seperlima sejak ia buka di pusat kota Beijing tahun lalu. Bisnisnya dihancurkan oleh harga babat daging sapi yang melonjak lebih dari 50 persen dan melonjaknya biaya bahan-bahan utama lainnya.

"Kami menjualnya dengan harga yang sama seperti sebelumnya. Juga dengan dampak pandemi, semua orang tergantung di sana. Sama di seluruh Beijing, kami bukan satu-satunya restoran yang menderita," kata Ma, lapor Reuters, Rabu (13/4/2022).

Restoran Asia dan penjaja makanan jalanan seperti Ma menghadapi pilihan sulit untuk menerima pukulan dari biaya yang lebih tinggi atau meneruskannya dan berisiko kehilangan pelanggan setia.

Harga yang melonjak untuk bahan dan bahan yang dimulai dengan hambatan rantai pasokan selama pandemi COVID-19 dan sekarang ditopang oleh perang di Ukraina menekan bisnis dan konsumen. 

Rumah tangga di Asia, di mana jajanan kaki lima yang enak dan terjangkau merupakan bagian integral dari masyarakat dan ekonomi, paling merasakan tekanan.

Mohammad Ilyas, juru masak di toko biryani di Karachi, Pakistan, mengatakan harga satu kilogram nasi berbumbu, cukup untuk memberi makan tiga hingga empat orang, telah naik dua kali lipat menjadi 400 rupee Pakistan (setara sekitar $2,20).

"Saya telah bekerja di dapur ini selama 15 tahun terakhir," katanya.

"Hari-hari ini harga beras dan rempah-rempah telah naik sedemikian rupa sehingga orang miskin tidak mampu untuk memakannya."

Beberapa bisnis menghadapi tekanan biaya dengan memotong ukuran porsi.

Di salah satu sudut makanan jalanan Jakarta, penjual nasi goreng Syahrul Zainullah telah mengurangi porsi hidangan nasi goreng khas Indonesia daripada menaikkan harga atau menggunakan bahan-bahan berkualitas rendah.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: