Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Parpol Orientasi Kebangsaan Unggul Elektoral Dibanding Parpol Orientasi Keislaman, Ini Alasannya

Parpol Orientasi Kebangsaan Unggul Elektoral Dibanding Parpol Orientasi Keislaman, Ini Alasannya Kredit Foto: Antara/Zarqoni Maksum
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sebagai negara yang menganut demokrasi, Indonesia memiliki partai politik yang sedianya berkompetisi merebut suara masyarakat.

Umumnya selama ini terdapat pembagian mengenai partai-partai nasionalis dan partai yang bersifat religi atau agama khususnya Islam.

Uniknya adalah meskipun mayoritas masyarakat memeluk agama islam, selama ini justru partai-partai orientasi kebangsaan selalu unggul elektoral dibaniding partai dengan orientasi keislaman. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Saiful Mujani pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menjawab hal ini Menurutnya secara umum pemilih cenderung ke politik kebangsaan.

Baca Juga: Ade Armando Bonyok Dihajar Massa, Orang Ini Berani Samakan dengan Pengorbanan Yesus

Dalam skala 0-10, di mana makin mendekati 0 makin berorientasi politik kebangsaan, dan 10 makin berorientasi politik Islam, pemilih Indonesia memberikan skor pada diri mereka 4,62.

“Secara nasional, pemilih Indonesia, dalam spektrum Islam dan nasionalis, cenderung ke nasionalis,” kata Saiful sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis yang wartaekonomi.co.id terima, Kamis (21/4/22).

Mengenai partai yang “paling” berorientasi kebangsaan dijelaskan bahwa PDIP lah yang mendapatkannya. Sedangkan partai yang dinilai paling memiliki orientasi keislaman adalah PKS.

Menurut Saiful, pemetaan kecenderungan ideologi pemilih terhadap partai menjelaskan mengapa suara elektoral partai orientasi kebangsaan unggul dari orientasi keislaman.

“Kecenderungan identifikasi ideologi diri pemilih ini menjelaskan mengapa partai-partai politik yang berorientasi kebangsaan dominan dalam politik elektoral Indonesia: PDIP, GOLKAR, GERINDRA, NASDEM, dan Demokrat. Sementara PKS dan PPP yang dinilai paling Islam serta PKB dan PAN yang berbasis Ormas Islam cenderung tidak mendapat dukungan pemilih mayoritas,” lanjut keterangan tersebut.

Baca Juga: Ya Ampun, MRP Sebut Kekerasan di Tanah Papua Masih Meningkat di Era Jokowi: Mohon Maaf...

Survei ini dilakukan pada 1220 responden yang dipilih secara acak dengan metode stratified multistage random sampling terhadap keseluruhan populasi atau warga negara Indonesia yang sudah memiliki hak pilih, yakni mereka yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah.

Response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 1027 atau 84%. Sebanyak 1027 responden ini yang dianalisis. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,12% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling). Wawancara tatap muka dilakukan pada 13 - 20 Maret 2022.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Bayu Muhardianto

Bagikan Artikel: