Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mengerikan! Gempur Pertahanan Terkahir Ukraina, Rusia Buat Hujan Rudal

Mengerikan! Gempur Pertahanan Terkahir Ukraina, Rusia Buat Hujan Rudal Kredit Foto: Reuters/Carlos Barria
Warta Ekonomi, Jakarta -

Rusia kembali menggempur pertahanan terakhir Ukraina yang masih berada di pabrik baja raksasa di Mariupol, beberapa hari setelah Moskow menyatakan menang atas kota di selatan itu dan mengatakan pasukannya tidak perlu mengambil alih pabrik tersebut.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan militer mereka belum siap untuk mencoba menerobos kepungan Mariupol. Namun, Zelenskyy mengatakan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken dan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin akan mengunjungi Kiev pada Minggu dan membahas jenis senjata yang dibutuhkan Ukraina saat invasi Rusia memasuki bulan ketiga.

"Begitu kami memiliki (senjata lainnya), begitu jumlah sudah cukup banyak, percaya pada saya, kami akan segera merebut wilayah di sana sini, yang untuk sementara diduduki," kata Zelenskyy saat konferensi pers, Sabtu (23/4).

Baca Juga: Ancamannya Ngeri! Amerika Serius Jatuhkan Sanksi Jika China Lakukan Ini ke Rusia

Gedung Putih tidak mengiyakan rencana perjalanan Blinken dan Austin. Sedangkan Departemen Luar Negeri dan Pentagon enggan berkomentar. Serangan terhadap Mariupol, pertempuran konflik terparah, membabi buta selama beberapa pekan.

Pendudukan kota tersebut dianggap penting bagi upaya Rusia untuk menghubungkan wilayah Donbas timur dengan Krimea, semenanjung Laut Hitam yang direbut Moskow pada 2014. Kelompok separatis dukungan Moskow sudah bertahun-tahun menguasai wilayah di Donbas.

Ukraina memperkirakan ribuan orang warga sipil tewas di Mariupol dan 100.000 lainnya masih berada di kota itu. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Palang Merah menyebutkan sedikitnya ratusan ribuan warga sipil tewas. Ajudan wali kota Mariupol menuturkan upaya baru untuk mengevakuasi warga sipil pada Sabtu gagal.

Baca Juga: Gak Puas Gelontorkan Rp11 Triliun, di Depan Kongres Biden Minta Lebih Banyak Uang buat Ukraina

Di pelabuhan Laut Hitam, Odesa, sedikitnya delapan orang tewas, kata presiden.

Dua misil menggempur sebuah fasilitas militer dan dua bangunan perumahan pada Sabtu, kata militer Ukraina. Sirene serangan udara terdengar di Odesa dan Mykolaiv, sebuah kota di dekat Laut Hitam, pada Minggu dini hari tanpa laporan langsung mengenai serangan baru.

Zelenskyy mengatakan Rusia telah menembakkan sebagian besar simpanan rudal mereka di Ukraina. "Tentu saja, mereka masih mempunyai sisa rudal. Tentu, mereka masih bisa melakukan teror rudal terhadap rakyat kami," katanya.

"Akan tetapi apa yang telah mereka lakukan menjadi sebuah argumen yang cukup kuat bagi dunia untuk akhirnya mengakui Rusia sebagai negara pendukung terorisme dan militer Rusia sebagai organisasi teroris."

Rusia membantah menargetkan warga sipil dalam "operasi militer khusus" mereka, yang dimulai pada 24 Februari. Kementerian pertahanan Rusia mengaku pihaknya menggunakan rudal dengan presisi tinggi untuk meluluhlantakkan terminal logistik di Odesa yang berisi pasokan senjata dari AS dan sejumlah negara Eropa.

Menurut dephan, pasukan Rusia telah membunuh hingga 200 tentara Ukraina dan menghancurkan lebih dari 30 kendaraan pada Sabtu. Jenderal Rusia Rustam Minnekayev pada Jumat (22/4) mengatakan Moskow ingin menguasai seluruh Ukraina selatan.

Menurut Ukraina, pernyataan jenderal tersebut mengindikasikan bahwa Rusia mempunyai tujuan yang lebih luas dari sekadar misi "demiliterisasi" dan "mengenyahkan pengaruh Nazi" di Ukraina. Kiev dan Barat menyebut invasi Rusia sebagai perang agresi yang tak bisa dibenarkan.

Baca Juga: Klaim Terbaru Ukraina: 21.000 Tentara Rusia Tewas, Ribuan Pesawat dan Tank Hancur

Kemenhan Rusia pada Jumat mengatakan para petempur terakhir yang berada di pabrik baja di Mariupol sudah "diblokade secara aman". Pada Kamis (21/4), Presiden Vladimir Putin menyatakan bahwa Mariupol "sudah bebas", dan menyatakan bahwa pasukan Rusia tidak akan menyerbu Azovstal.

Penasihat Zelenskyy, Oleksiy Arestovych, mengatakan pasukan Ukraina di pabrik baja itu bertahan dan berupaya untuk melakukan serangan balik. Lebih dari 1.000 warga sipil juga berada di pabrik tersebut, menurut otoritas Ukraina.

Batalion Azov, milisi terkemuka di pertahanan Mariupol, merilis sebuah video yang memperlihatkan perempuan dan anak-anak berlindung di kompleks tersebut. Reuters tidak dapat memverifikasi kapan atau di mana video itu diambil.

Seorang ibu yang mengendong anak mengatakan bahwa makanan habis, sementara seorang bocah laki-laki mengaku ingin sekali ke luar rumah setelah dua bulan bersembunyi di bungker.

"Saya ingin melihat matahari sebab di dalam sini gelap, tidak seperti di luar. Kapan rumah kami akan dibangun lagi dan kami bisa hidup damai. Biarkan Ukraina menang sebab Ukraina adalah rumah asal kami," katanya.

Baca Juga: Dari Ukraina ke Palestina: Pemboikotan Israel dan Standar Ganda Barat

Gempuran Rusia saat ini berfokus di Donbas, yang mencakup Donetsk dan Luhansk. Gubernur Luhansk Serhiy Gaidai mengatakan pasukan Ukraina mundur untuk menjaga unit mereka dalam menghadapi serangan yang semakin gencar terhadap semua kota di wilayah tersebut.

Pasukan Ukraina yang bertempur di Luhansk dan Donetsk lewat unggahan Facebook mengatakan bahwa mereka berhasil menangkis 12 serangan Rusia pada Sabtu, menghancurkan empat tank dan 16 kendaraan lapis baja lainnya serta lima sistem artileri.

Reuters lagi-lagi tidak dapat memverifikasi pernyataan tersebut. Gubernur setempat mengungkapkan bahwa tiga orang tewas dan tujuh lainnya terluka akibat tembakan artileri Rusia di wilayah utara Kharkiv pada Sabtu.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: