Tampil di TV Rusia, Pensiunan Kolonel Patahkan Propaganda Kremlin Soal Perang Ukraina
Media arus utama Rusia selama ini menayangkan pemandangan perang Ukraina yang sama sekali berbeda dengan yang ditayangkan media luar negeri. Mereka bahkan tak menyebutnya sebagai perang.
Namun, sebuah acara di TV pemerintah Rusia tiba-tiba menyiarkan tayangan langka. Ini menjadi sesuatu yang luar biasa dalam dunia pertelevisian.
Baca Juga: Israel Tembak Mati Shireen Abu Akleh, Rusia Turun Gunung untuk Dukung...
Extraordinary exchange on Russian state TV’s top talk show about Ukraine. Military analyst & retired colonel Mikhail Khodarenok tells anchor Olga Skabeyeva “the situation for us will clearly get worse…we’re in total geopolitical isolation…the situation is not normal.” pic.twitter.com/ExMwVDszsk
— Steve Rosenberg (@BBCSteveR) May 16, 2022
Dilansir dari BBC, program tersebut bertajuk '60 Menit', acara bincang-bincang unggulan di TV pemerintah Rusia yang tayang 2 kali sehari. Diskusi di studio tersebut biasanya mempromosikan segala sesuatu yang sesuai garis Kremlin, termasuk tentang 'operasi militer khusus' Presiden Putin di Ukraina.
Kremlin pun masih mempertahankan klaim bahwa serangan Rusia berjalan sesuai rencana. Namun, pada Senin (16/5), tamu bernama Mikhail Khodarenok, seorang analis militer dan purnawirawan kolonel, melukiskan gambaran yang berbeda.
Ia memperingatkan kalau situasi jelas akan menjadi lebih buruk bagi Rusia. Pasalnya, Ukraina menerima bantuan militer tambahan dari Barat dan tentara Ukraina dapat mempersenjatai 1 juta orang.
"Keinginan untuk mempertahankan tanah air mereka [tentara Ukraina] sangat besar. Kemenangan akhir di medan perang ditentukan oleh semangat juang yang tinggi pasukan yang menumpahkan darah untuk ide-ide yang siap mereka perjuangkan.
"Masalah terbesar bagi situasi militer dan politik [Ukraina] adalah kita berada dalam isolasi politik total dan seluruh dunia menentang kita. Mau tak mau, kita harus mengakuinya. Kita harus menyelesaikan situasi ini.
"Situasinya tak bisa dianggap normal ketika ada koalisi 42 negara melawan kita, sementara sumber daya, militer-politik, dan militer teknis kita terbatas," ungkapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto