Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Saham GOTO Fluktuatif Cenderung Menguat, Investasi Telkomsel Cuan 805 Milyar

Saham GOTO Fluktuatif Cenderung Menguat, Investasi Telkomsel Cuan 805 Milyar Kredit Foto: GoTo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Setelah mengalami tekanan, saham emiten sektor teknologi kembali menunjukan ‘tajinya’. Emiten Bukalapak pada penutupan 25 Mei mengalami kenaikan menjadi Rp 282. Emiten PT. GoTo Gojek Tokopedia Tbk juga mengakami kenaikan yang cukup signifikan.

Jika di pekan lalu harga sahamnya sempat tertekan hingga Rp 190, pada penutupan 25 Mei emiten yang memiliki kode bursa GOTO sudah mencapai Rp 304.

Namun tak semua emiten teknologi mengalami kenaikan. Pada penutupan bursa 25 Mei, PT. Trimegah Karya Pratama Tbk, PT. Sentral Mitra Informatika, PT. Sentral Mitra Informatika Tbk. terus mengalami penurunan. Bahkan tekanan jual emiten tersebut menyentuh Auto Rejection Bawah (ARB).

Kepala Ekonom BCA David E. Sumual mengatakan saat ini siklus bisnis perusahaan teknologi baik global, regional, maupun Indonesia memang lagi kurang menguntungkan. Ini disebabkan karena sentimen kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh suku bunga The Fed yang akan terus mengalami kenaikan.

Bahkan suku bunga FED akan terus dikatrol hingga 3,5%. Pada saat suku bunga FED 0%, perusahaan startup dan teknologi mengalami kenaikan yang sangat signifikan.

Lanjut David, saat ini kenaikan yang terjadi di emiten sektor teknologi disebabkan selain karena optimisme ekonomi digital Indonesia bisa tumbuh, sebagian investor masih menilai fundamental perusahaan teknologi masih cukup baik. Ini dilihat dari pertumbuhan pendapatan yang masih cukup tinggi.

“Memang dari profitabilitas masih banyak yang belum positif. Investor saat ini sudah melihat fundamental perusahaan sektor teknologi yang solid. Saat ini investor pasar modal mencari emiten yang memiliki fundamental kuat dan memiliki bisnis yang masih terbuka lebar,” papar David.

Lanjut David, sebenarnya investor pasar modal tak perlu khawatir untuk berinvestasi di emiten teknologi. Selama perusahaan teknologi tersebut masih bisa men-generate cash flow, usahanya masih berjalan sangat bagus, dan emiten tersebut masih dapat membuat ekosistemnya tumbuh, tentu prospek saham emiten teknologi masih sangat menjanjikan.

“Jika emiten tersebut memiliki fundamental yang kuat, harga sahamnya bisa berpotensi membaik. Jika fundamental jelek, tentunya akan terjadi seleksi alam. Semua perusahaan teknologi yang IPO di BEI memiliki prospek harga saham kembali naik. Siklus bisnis yang terjadi di perusahaan digital adalah konsolidasi,” ungkap David.

Saat ini GOTO merupakan salah satu emiten sektor teknologi yang memiliki kinerja solid. GoTo mencatat sejumlah lonjakan transaksi yang signifikan selama Ramadhan 2022.

Di antaranya, jumlah pesanan di Tokopedia yang dikirimkan menggunakan layanan GoSend (instant maupun sameday) tumbuh sebesar 85% dibandingkan tahun lalu. Jumlah pesanan parsel (hampers) di Tokopedia yang dikirimkan dengan layanan logistik instant maupun sameday GoSend juga meningkat sebesar 60%.

Selain itu, jumlah konsumen yang bertransaksi di GoFood meningkat sebesar 25%. Sementara itu, mitra GoFood yang menggunakan sarana promosi digital melalui platform Gojek tumbuh sebesar 46%. Jumlah pesanan yang diselesaikan untuk layanan GoRide dan GoCar secara kumulatif tumbuh lebih dari 35% sepanjang Ramadhan tahun ini.

Pertumbuhan ini terjadi seiring pelonggaran pembatasan aktivitas sosial, lebih banyak dilakukannya kegiatan ‘buka puasa bersama’ secara offline, kunjungan dan berkumpul bersama keluarga, serta mulai kembalinya karyawan bekerja di kantor (work from office).

Jika mengacu pada investasi Telkomsel di GOTO, diperkirakan harga rata-rata (average price) Telkomsel di GOTO di kisaran Rp 270 - Rp270 per lembar saham. Saat melantai, GOTO menetapkan harga IPO Rp 338 dan Rabu (25/5) harga saham GOTO ditutup Rp 304.

Dengan demikian, Telkomsel berpotensi meraup cuan Rp 34 per saham. Artinya, dengan kepemilikan Telkomsel di GOTO sebanyak 23,7 milyar lembar saham, potensi keuntungan di atas kertas mencapai Rp 805 milyar. di

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: