Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Minim Resiko dan Dapat Didaur Ulang, Rokok Elektrik Mulai Banyak Dilirik

Minim Resiko dan Dapat Didaur Ulang, Rokok Elektrik Mulai Banyak Dilirik Kredit Foto: Unsplash/Muhammed Alzaeem
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tren rokok elektrik kian populer di dunia. Tercatat, rata-rata pertumbuhannya mencapai 15–20 persen sejak 2015. Hal ini salah satunya karena semakin banyak negara mengakui rokok elektrik sebagai produk lebih rendah risiko dibandingkan rokok konvensional dan dapat menjadi terapi untuk berhenti merokok.

Di Indonesia, pada akhir 2020 jumlah pengguna sudah mencapai 2,2 juta orang, dan terus bertambah seiring semakin banyaknya ragam produk pilihan yang ditawarkan. Berbeda dengan puntung rokok yang limbahnya hampir tidak memiliki nilai keekonomian, limbah rokok elektrik dapat didaur ulang.

Secara global, jumlah sampah elektronik pada 2021 sebesar 57,4 ton, di mana angka tersebut bertambah 2 ton bila dibanding 2020. Indonesia sendiri menghasilkan 2 ton sampah elektronik pada 2021. Jumlah yang tergolong masif ini tentunya membutuhkan solusi-solusi agar tidak membebani lingkungan.

“Industri kami hadir sebagai solusi untuk mengurangi risiko kesehatan maupun ekonomi dari rokok konvensional. Jangan sampai, kehadiran kami yang harusnya membantu masyarakat, malah justru menimbulkan masalah lain berupa limbah. Karenanya, kami berkomitmen kuat untuk mengatasi limbah-limbah yang berhubungan dengan rokok elektrik dan kami masih membutuhkan regulasi yang komprehensif untuk hal tersebut,” kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI), Garindra Kartasasmita dalam webinar tentang potensi limbah rokok elektrik (02/06).

Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Edy Sutopo pun sepakat bahwa produk tembakau alternatif salah satunya rokok elektrik menjadi industri yang sedang benar-benar berkembang. Karenanya, segala aspek yang berhubungan dengan pengembangan industri, termasuk pengelolaan limbah, perlu menjadi perhatian bersama dari berbagai pihak.

“Realisasi penerimaan cukai produk alternatif tembakau kenaikannya sangat tinggi, tahun lalu saja naik lebih dari 50 persen. Kementerian Perindustrian sangat fokus mendorong Indonesia untuk mengelola lingkungan secara baik bagi limbah padat, cair, maupun gas. Kesadaran ini sudah menjadi keniscayaan karena pasar juga sudah mulai memperhatikan hal tersebut lewat gerakan green consumerism. Kegiatan pengelolaan lingkungan ini kemudian perlu mendapatkan dukungan dari semua pihak, yaitu Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, termasuk peran serta masyarakat dan LSM,” ujar Edy.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: