Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menparekraf Minta Investor Tak Ragu Investasi ke Pelaku UMKM Kuliner di FSI 2022

Menparekraf Minta Investor Tak Ragu Investasi ke Pelaku UMKM Kuliner di FSI 2022 Kredit Foto: Kemenparekraf
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno meminta investor untuk berinvestasi di subsektor kuliner terlebih sudah semakin banyak pelaku kuliner yang potensial termasuk mereka yang turut serta di ajang FoodStartUp Indonesia (FSI) 2022.

Menurut Sandiaga, Lean Lab memiliki produk selai kacang bubuk rasa cokelat pertama di Indonesia. Dibuat menggunakan kacang pilihan, salah satu produknya yaitu 1/3PB yang telah dipisahkan kandungan minyaknya dan menjadi selai rendah kalori dengan kandungan 50 kalori, 6 gram dan 1 gram lemak, yang ideal untuk gaya hidup sehat yang saat ini tengah digandrungi masyarakat pascapandemi.

Baca Juga: Lewat AVPN Conference di Bali, Sandiaga Berharap Dapat Buka Peluang Investasi Sektor Parekraf

"Saya salut Jonathan masih muda namun punya visi misi produknya luar biasa," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (22/6/2022).

Menparekraf juga menjelaskan, bahwa salah satu makanan favorit dirinya setiap pagi adalah roti menggunakan selai kacang dan meses. Namun banyak masyarakat yang khawatir dengan kandungan selai kacang yang tinggi kandungan lemak.

"Jadi banyak kekhawatiran peanut butter bikin gendut. Nah, problem statement makan peanut butter jadi gendut ini sudah dipatahkan oleh produk Lean Lab. Dan Jonathan sudah membuktikannya ini juga mematahkan bahwa peanut butter tidak perlu merk luar negeri," ujarnya.

Baca Juga: Menparekraf Targetkan 1,5 Juta Wisatawan Mancanegara Berkualitas Berwisata di Bali

Menparekraf Sandiaga juga tertarik berinvestasi diproduk Lean Lab, lantaran pasarnya besar akan selai kacang yang rendah kalori ini, karena masyarakat di dunia sudah menerapkannya.

"Produknya juga dijual dan harganya terjangkau. Hanya Rp85 ribu dengan kualitasnya bagus. Lean Lab sendiri menargetkan investasi sebesar Rp1 miliar dan ekuitas 10% sehingga valuasi perusahaan senilai Rp10 miliar. Untuk itu saya mau investasi namun harus, target profit harusnya jelas dan menggunakan kanal distribusi baru yaitu health, digital, sustainability," ujarnya.

Menparekraf juga sempat mengunjungi 69 brand kuliner yang merupakan finalis ajang FoodStartUp Indonesia (FSI) 2022. Di sana juga para finalis dipertemukan dengan sejumlah investor dan mereka mempresentasikan rencana bisnisnya guna meraih permodalan dalam kegiatan Demoday FSI 2022.

FoodStartUp Indonesia sendiri merupakan agenda tahunan Kemenparekraf/Baparekraf yang diselenggarakan sejak tahun 2016 yang berupaya mempertemukan pelaku ekonomi kreatif subsektor kuliner dengan akses permodalan/pembiayaan, sehingga diharapkan terjadi peningkatan percepatan pertumbuhan ekonomi kreatif kuliner dan terbukanya lapangan kerja di Indonesia.

Baca Juga: Menparekraf Harapkan Pelaku UMKM Kuningan Bisa Tembus Pasar Global

Beberapa investor yang hadir dalam Demoday FSI tahun ini berasal dari kategori fintech, dan venture capital. Penilaian pemenang sendiri berdasarkan kesiapan produk, keamanan, inovasi, kesiapan pasar, risiko investasi, partnership, dan strategi investasi.

Menparekraf Sandiaga mengatakan, FoodStartUp Indonesia terbukti telah memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan subsektor kuliner.

"FSI telah memberikan kontribusi bagi subsektor kuliner. Tercatat sekitar 25 ribu pelaku ekonomi kreatif kuliner terlibat, 3.200-an pitchdeck usaha dibangun, dan Rp65 miliar dana investasi bergulir," kata Menparekraf Sandiaga Uno.

Baca Juga: Menparekraf Harap Pelaku Ekraf di Cirebon Naik Kelas Lewat "AKI 2022"

FSI tidak hanya fokus pada aspek kompetisi atau memperoleh kesempatan permodalan. Namun juga meningkatkan kapasitas dan kompetensi para peserta yang dilakukan bersama (kolaboratif) dengan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder).

"Sehingga nantinya bisa bersama-sama membangun ekosistem dan industri kuliner yang lebih kuat," ujar Menparekraf Sandiaga.

Pada tahun ini pencapaian FSI lebih strategis karena berhasil menggandeng Asian Venture Philanthropy Network (AVPN) Global Conference 2022. AVPN sendiri merupakan forum tahunan investasi sosial terbesar di Asia.

"Kerja sama ini tentu saja membuka peluang lebih banyak investor dunia membangun kemitraan dengan pelaku industri kuliner nasional. Kesempatan inilah yang harus dimanfaatkan peserta FSI 2022," ujar Sandiaga.

Baca Juga: Festival Teluk Jailolo Jadi Momentum Kebangkitan Sektor Parekraf di Halmahera Barat

Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf Henky Manurung, menjelaskan, Demoday merupakan tahap akhir dari kegiatan Demoday 2022 di mana sebelumnya para peserta melalui rangkaian proses sejak Maret 2022. Mulai dari pendaftaran, seleksi administratif, mentoring, dan tahap akhir Demoday.

"Kegiatan Demoday kali ini berhasil memilih 69 brand atau sekitar 138 peserta yang terdiri dari 37 brand food manufacture, 15 brand food service, dan 17 brand gabungan dari keduanya. Semua peserta Demoday 2022 berasal dari sembilan provinsi di mana perwakilan terbanyak dari Jakarta (16 peserta), Jawa Barat (13 peserta), dan Jawa Timur (2 peserta)," ujar Henky Manurung.

Henky menilai FSI terbukti berhasil meningkatkan kolaborasi semua pemangku kepentingan industri kuliner tanah air yang sempat terdampak pandemi COVID-19. Hal ini terlihat dari produk-produk kuliner yang dihasilkan finalis FSI 2022 terus mengalami peningkatan kualitas usaha.

Baca Juga: Menparekraf Apresiasi Musabaqah Azan Nasional, Bagian Promosi Pariwisata Tanah Air

"FSI mendukung rantai pasok industri melalui akses pembiayaan, distribusi, dan pemasaran produk subsektor kuliner. Penguatan ekosistem kuliner sangat dibutuhkan agar proses pemulihan industri pariwisata dan ekonomi kreatif berjalan secara komprehensif," kata Henky.

Lebih lanjut, Direktur Akses Pembiayaan Kemenparekraf Hanifah Makarim, menjelaskan, selain investor, FSI 2022 juga menghadirkan berbagai narasumber dan mentor dalam sesi seminar serta coaching yang dilakukan bagi masing-masing finalis. Kehadiran berbagai narasumber dan mentor dalam Demoday dapat mempertajam aspek soft skill dan hard skill peserta atas bisnis yang sedang dijalankan.

"Melalui Demoday, para pelaku ekonomi kreatif subsektor kuliner didorong untuk berpikir out of the box untuk tetap bangkit dan berinovasi dalam menciptakan produk yang dapat diterima oleh masyarakat dan investor," kata Hanifah Makarim.

Meski bukan menjadi pemenang, ajang Demoday tetap strategis bagi finalis lainnya. Banyak finalis yang mendapatkan jejaring usaha dan dukungan langsung oleh masing-masing investor yang disampaikan usai pergelaran FSI.

Baca Juga: Menparekraf: AVPN 2022 di Bali Bukti Kesiapan Indonesia Jadi Tuan Rumah Berbagai Event

Jika dilihat pada jenisnya, kata Hanifah, dukungan pendanaan yang dibutuhkan terdiri dari lima sumber yaitu bank, equity, fintech, profit sharing, dan lembaga pinjaman lainnya. Besaran dana investasi yang paling banyak dibutuhkan pada FSI tahun ini terdiri dari dua kelompok yaitu antara Rp500 juta hingga Rp1 miliar dan Rp100 juta hingga Rp500 juta.

"Berbagai jenis pendanaan yang diajukan tersebut tentu saja harus disertai oleh profesionalisme dan akuntabilitas pelaku UMKM sektor kuliner yang mengikuti FSI," kata Hanifah Makarim. 

Baca Juga: Menparekraf: Alam dan Budaya Desa Wisata Lapasi Halmahera Barat Jadi Daya Tarik Wisatawan

Sementara Co-Founder FSI, Bonnie Susilo mengatakan, konsistensi FSI telah memberikan dampak besar dalam mendukung perkembangan subsektor kuliner tanah air. Kegiatan ini seakan telah menjadi brand dan prestise bagi pelaku bisnis kuliner skala UKM di Indonesia.

"Perlu disampaikan, FSI telah membawa dampak yang signifikan dalam mempercepat kemandirian UKM pangan dan agroindustri Indonesia. Kemandirian ini dilakukan melalui pengembangan sumber daya manusia yang terampil, solid, serta bisnis yang berkelanjutan," kata Bonnie Susilo.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: