Innalilahi, Rusia Gempur Kyiv dengan Rudal Kala Jokowi Mulai Perjalanan ke Eropa
Indonesia ikut berbicara
Kremlin telah menyebut serangannya ke Ukraina sebagai 'operasi militer khusus' yang katanya demi keamanan Rusia. Namun, Kyiv dan Barat mengatakan invasi itu tidak lebih dari perampasan tanah.
Serangan Moskow terhadap tetangganya dimulai pada 24 Februari, dan menjadi konflik tanah terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua. Kini, perang telah memasuki bulan kelima, dan aliansi Barat yang mendukung Kyiv mulai menunjukkan tanda-tanda ketegangan. Para pemimpin dunia khawatir tentang dampak perang terhadap biaya ekonomi yang meningkat. Dampak yang sangat terasa termasuk bagaimana harga pangan dan energi yang terus melonjak.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, ikut berbicara ketika para pemimpin G7 Tujuh berkumpul untuk pertemuan puncak di Jerman. Ia menegaskan bahwa Barat perlu mempertahankan front persatuan melawan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Baca Juga: Dibocorkan Pejabat Tinggi atas Kekuatan Rusia: Pasukan Ukraina Diperintahkan Mundur
"Untuk melindungi persatuan tersebut, dan untuk membuatnya berhasil, Anda harus melakukan diskusi yang benar-benar jujur tentang implikasi dari apa yang sedang terjadi, tekanan yang dirasakan oleh teman, rekan, dan pasangan."
"Harga untuk mundur, harga membiarkan Putin berhasil, harga membiarkan sebagian besar Ukraina diretasnya, dan membiarkannya melanjutkan program penaklukan atas negara itu, harga itu akan jauh, jauh lebih tinggi," kata Johnson kepada wartawan.
Perang memang telah berdampak besar pada ekonomi global dan keamanan Eropa, menaikkan harga gas, minyak, dan makanan. Konflik ini telah mendorong Uni Eropa untuk mengurangi ketergantungan pada energi Rusia hingga membuat Finlandia dan Swedia untuk mencari keanggotaan NATO.
Indonesia, yang telah menjalin hubungan dengan Rusia maupun Ukraina, juga sampai menyatakan sikapnya. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan dia akan mendesak Moskow dan Kyiv untuk memulai dialog selama misi perdamaian untuk kedua negara yang bertikai itu. Presiden Indonesia ini juga telah berupaya mendesak Putin untuk memerintahkan gencatan senjata segera.
Baca Juga: Terlihat Lebih Pro-Rusia Dibanding Ukraina, Jokowi Dikecam Aktivis Kemanusiaan, Disebut Tidak Adil!
"Perang harus dihentikan dan rantai pasokan pangan global perlu diaktifkan kembali,” kata Jokowi sebelum berangkat menghadiri KTT G7 di Jerman.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga telah memperingatkan bahwa perang yang berkepanjangan di Ukraina, akan menyebabkan krisis kelaparan global. Mengingat, Ukraina menjadi salah satu pengekspor biji-bijian utama dunia.
Sementara itu, para pemimpin NATO dijadwalkan akan mengadakan pertemuan puncak di Madrid, mulai 29 hingga 30 Juni.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: