Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Vladimir Putin bakal Kunjungi Dua Negara Kecil Bekas Uni Soviet di Asia Tengah

Vladimir Putin bakal Kunjungi Dua Negara Kecil Bekas Uni Soviet di Asia Tengah Kredit Foto: Sputnik/Mikhail Tereshchenko
Warta Ekonomi, Moskow -

Presiden Rusia Vladimir Putin akan mengunjungi dua negara kecil bekas Uni Soviet di Asia Tengah pekan ini. Perjalanan luar negeri pertama usai invasi ke Ukraina ini diumumkan oleh siaran televisi pemerintah Rusia pada Minggu (26/6/2022).

Koresponden Istana Kremlin dari stasiun televisi pemerintah Rossiya 1 Pavel Zarubin mengatakan, Putin akan mengunjungi Tajikistan dan Turkmenistan. Dia kemudian akan bertemu dengan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo untuk melakukan pembicaraan di Moskow.

Baca Juga: Jelang Pertemuan Jokowi dengan Putin, Kremlin Bilang Sedang Siap-siap: Ini Akan Jadi Kunjungan yang Sangat Penting

Putin akan bertemu Presiden Tajik Imomali Rakhmon yang merupakan sekutu dekat Rusia dan penguasa terlama di bekas negara Uni Soviet di Dushanbe.

Sedangkan di Ashgabat, dia akan menghadiri pertemuan puncak negara-negara Kaspia termasuk para pemimpin Azerbaijan, Kazakhstan, Iran, dan Turkmenistan.

Kantor berita pemerintah Rusia RIA mengutip Ketua Majelis Tinggi Parlemen Rusia Valentina Matviyenko mengatakan kepada televisi Belarusia, Putin juga berencana mengunjungi kota Belarusia Grodno pada 30 Juni dan 1 Juli. Dia akan mengambil bagian dalam sebuah forum dengan Presiden Belarusia Alexander Lukashenko.

Perjalanan terakhir Putin yang diketahui di luar Rusia adalah kunjungan ke Beijing pada awal Februari. Dia dan Presiden China Xi Jinping meluncurkan perjanjian persahabatan "tanpa batas" beberapa jam sebelum keduanya menghadiri upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin.

Invasi Rusia pada 24 Februari telah menewaskan ribuan orang, membuat jutaan orang kehilangan tempat tinggal, dan menyebabkan sanksi keuangan yang berat dari Barat.

Menurut Putin, kondisi itu alasan Rusia membangun hubungan perdagangan yang lebih kuat dengan kekuatan lain seperti China, India, dan Iran.

Rusia mengatakan telah mengirim pasukan ke Ukraina untuk menurunkan kemampuan militer tetangganya, mencegahnya digunakan oleh Barat untuk mengancam Rusia, membasmi nasionalis, dan membela penutur bahasa Rusia di wilayah timur. Ukraina menyebut invasi tersebut sebagai perampasan tanah bergaya kekaisaran.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: