Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini Tiga Langkah Usulan Presiden Jokowi di High-level Dialogue on Global Development

Ini Tiga Langkah Usulan Presiden Jokowi di High-level Dialogue on Global Development Kredit Foto: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini turun 1% menjadi 2,6%, dan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs makin tertunda cukup signifikan. Hal ini disebabkan tantangan yang dihadapi dunia saat ini sangat berat, yaitu tantangan terhadap ketahanan pangan, ketahanan energi, hingga stabilitas keuangan yang makin sulit.

Presiden Joko Widodo mendorong semua negara untuk bertindak segera agar tidak terjadi dekade pembangunan yang hilang. Presiden Jokowi pun mengusulkan tiga langkah yang harus dijalankan bersama. Hal tersebut disampaikan dalam pidatonya secara virtual pada High-level Dialogue on Global Development dari Istana Merdeka, Jakarta, pada Jumat lalu.

Baca Juga: Gak Disangka, PSI Taruh Harapan di Anies Baswedan, Perjuangkan Hal Ini ke Jokowi!

“Pertama, sinergi untuk mengatasi emerging challenges. Sebagai Presiden G20 dan bagian dari Global Crisis Response Group, Indonesia akan terus berkontribusi untuk mengatasi masalah-masalah ketahanan pangan, energi, dan stabilitas keuangan. Saya mencatat banyak inisiatif lain dari berbagai pihak. Berbagai inisiatif yang ada tersebut harus saling bersinergi dan saling memperkuat, harus memperhitungkan suara negara-negara berkembang, harus mengedepankan dialog,” ujar Presiden Jokowi dalam keterangan tertulisnya yang dikutip dari laman www.presidenri.go.id, Senin (27/6/2022).

Kedua, Presiden Jokowi mendorong negara-negara untuk memperkuat kemitraan global untuk SDGs dengan fokus pada pendanaan pembangunan. Presiden Jokowi menegaskan bahwa kesenjangan pendanaan SDGs yang meningkat dari USD2,5 triliun per tahun sebelum pandemi menjadi USD4,2 triliun per tahun pascapandemi harus segera ditutup.

Selain itu, menurut Presiden Jokowi, pendanaan inovatif harus dimajukan, terutama peranan sektor swasta harus diperkuat. BRICS (Brazil, Russia, India, China, and South Africa) harus dapat menjadi katalis bagi penguatan investasi di negara-negara berkembang.

“Upaya serupa juga dilakukan presidensi G20 Indonesia, mendorong investasi yang menciptakan nilai tambah bagi negara berkembang. Saya juga berharap Global Development Initiative (GDI) dapat menjadi katalis pencapaian SDGs. Saya mendorong penyelarasan GDI dengan ASEAN Outlook on The Indo-Pacific di mana elemen pencapaian SDGs merupakan salah satu ruh dan prioritas kerja sama,” jelasnya.

Ketiga, Presiden Jokowi mendorong penguatan sumber-sumber pertumbuhan baru. Menurutnya, kerja sama BRICS dengan negara mitra harus mendukung untuk transformasi digital yang inklusif, pengembangan industri hijau dan infrastruktur hijau, serta penguatan akses negara-negara berkembang pada rantai pasok global.

“Sebagai penutup, saya mengajak kita semua untuk bekerja sama. Recover together, recover stronger,” tandasnya.

Baca Juga: Geruduk Holywings, Tuntutan GP Ansor Bukan Main, Jika Tak Digubris? Siap-siap Aja!

Untuk diketahui, Presiden Tiongkok Xi Jinping menjadi tuan rumah High-level Dialogue on Global Development di Beijing pada 24 Juni 2022. Dialog tersebut diadakan dalam format virtual dengan tema “Membina Kemitraan Pembangunan Global untuk Era Baru untuk Bersama-sama Melaksanakan Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan”. Dialog tersebut diikuti oleh para pemimpin BRICS dan para pemimpin negara-negara berkembang yang relevan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: