Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (LPDB-KUMKM) melakukan langkah strategis dalam menekan laju kemiskinan ekstrim melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) nota kesepahaman bersama dengan Octopus.
Octopus merupakan aplikasi garapan Moehammad Ichsan sebagai Chief Executive Officer (CEO) dan Hamish Daud sebagai Co-Founder ini merupakan aplikasi digital pengelolaan sampah yang terintegrasi dengan pusat daur ulang sampah yang menjadi solusi permasalahan penanganan sampah dan juga kemiskinan ekstrim.
Baca Juga: Dukung Produk Lokal, LPDB-KUMKM Kolaborasi dengan BUMN Sarinah
Adapun nota kesepahaman tersebut dalam rangka pendampingan ekosistem pelestari melalui wadah koperasi. Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, Indonesia saat ini mengalami permasalahan klasik yakni penanganan sampah dan angka kemiskinan ekstrim.
Menurutnya, ekosistem Octopus yang menangani persoalan sampah dengan pendekatan kelestarian lingkungan melalui komunitas para pelestari menjadi hal yang sangat baik untuk menekan angka kemiskinan ekstrim.
"Kami pemerintah sudah berupaya menekan angka kemiskinan ekstrim, karena itu kalau saya lihat aplikasi atau ekosistem Octopus yang dengan pendekatan ekonomi sirkular, saya yakin masalah justru diselesaikan bisa lebih cepat," ujar Teten saat menghadiri peluncuran Octopus di M Bloc, mengutip sebagaimana dalam rilisnya, Sabtu (2/7/2022).
Pendekatan ekonomi sirkular merupakan ekonomi melingkar di mana pelaku ekonomi menjaga agar sumber daya dapat dipakai selama mungkin, menggali nilai maksimum dari penggunaan, kemudian memulihkan dan meregenerasi produk.
Hal ini sesuai dengan ekosistem Octopus yakni aplikasi yang menghubungkan pengguna di tingkatan rumah tangga, dengan sekitar 9.000 pelestari sampah hingga industri daur ulang limbah plastik dan limbah rumah tangga.
"Jadi ini bisa menyelesaikan masalah sampah sekaligus bisa menyediakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan ini saya kira merupakan satu konsep ekonomi sirkular yang sangat penting. Saya memberikan apresiasi setinggi-tingginya," ujar MenKopUKM.
Sementara itu, keterlibatan LPDB-KUMKM dalam ekosistem Octopus adalah melakukan pendampingan para pelestari maupun pelapak melalui wadah koperasi, agar nantinya ekosistem bisnis sampah daur ulang bisa terus meningkat dan memberikan kesejahteraan masyarakat pra sejahtera.
"Ini sebuah ekonomi rakyat saya ingin para pelestari ini jangan lagi jadi pekerja informal, dan ini juga jangan jadi ekonomi informal tetapi bisa kita empowering kita berdayakan dalam koperasi karena itu sudah benar LPDB-KUMKM masuk," kata Teten.
Direktur Utama LPDB-KUMKM mengatakan, Octopus ini merupakan sosioentrepreneur yang dilahirkan oleh para anak muda yang mau memikirkan penanganan sampah sekaligus keinginan menaikkan derajat para pelestari maupun pengepul sampah.
"Kami sebagai lembaga pemerintah siap mendukung ekosistem ini melalui wadah koperasi, melakukan pendampingan, sebagai bagian upaya menekan angka kemiskinan ekstrim dan juga kesejahteraan masyarakat," kata Supomo.
Menurut Supomo, kerja sama antara Octopus dan LPDB-KUMKM merupakan langkah yang strategis dalam memberikan perhatian terhadap para pelestari yang mendukung kelestarian lingkungan.
"LPDB-KUMKM hadir dalam rangka agar pelestari itu tergabung dan terwadahi dengan koperasi. Disinilah peran LPDB-KUMKM masuk ke koperasinya sehingga para pelestari tidak akan memikirkan masalah barang dijualnya kemana, nanti koperasi yang berhubungan dengan market melalui Octopus," papar Supomo.
Selain mendukung kelestarian lingkungan, Supomo berharap kerja sama ini menjadi dukungan terhadap program-program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan ekstrim.
Sebab dengan terwadahi melalui koperasi, dan terhubung dengan industri daur ulang, maka nilai jual terhadap produk-produk sampah bisa menjadi lebih tinggi karena memotong rantai distribusi yang selama ini terlalu panjang.
"Ini ada rantai yang kami potong sehingga nilai jual pelestari ini barangnya akan lebih tinggi, dan disitulah membantu pemerintah pengentasan kemiskinan ekstrim, tujuannya memang untuk meningkatkan tambahan ekonomi para pelestari," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Martyasari Rizky
Editor: Muhammad Syahrianto