Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ngerinya Internet, Jejak Digital Bisa Gak Hilang, Bahaya Mengancam!

Ngerinya Internet, Jejak Digital Bisa Gak Hilang, Bahaya Mengancam! Kredit Foto: Unsplash/ Stillness InMotion
Warta Ekonomi, Jakarta -

Jejak digital (digital footprint) merupakan jejak data yang tertinggal saat menggunakan perangkat digital. Pengguna media digital kerap tidak memahami pentingnya jejak digital, padahal jejak digital dapat bertahan selamanya.

“Hati-hati dengan apa yang kita bagikan di dunia digital, karena sekali dipublikasikan, tidak dapat ditarik,” kata Ketua Komite Kampanye dan Publikasi Mafindo, Yuli Setiyowati saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Kota Kediri, Jawa Timur, Kamis (7/7).

Baca Juga: Awas Sebar Hoaks! Teliti Sebelum Kirim Informasi di Dunia Digital

Jejak digital bisa dilihat, dicari, dan ditelusuri oleh siapa saja, terutama yang memiliki akses ke platform digital seseorang. Sehingga, jejak digital berpotensi disalahgunakan untuk melakukan kejahatan.

Unggahan foto, video, status, komentar di platform digital, dan masih banyak lainnya. Data-data ini merupakan jejak digital yang tanpa sadar ditingalkan. Pengguna media digital mungkin dapat menghapus jejak digital negatif, tapi nyatanya keberadaannya abadi.

“Masalahnya jejak negatif itu tidak bisa dihapus. Misal, postingan negatif yang sudah dihapus ternyata sempat di-screen shot teman atau orang lain, tetap saja jejak digital kita masih tertinggal,” ujar Yuli.

Pengguna internet di Indonesia pada tahun 2021 mengalami peningkatan, We Are Social mencatat kini pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta pengguna, di mana sebanyak 170 juta penggunanya menggunakan media sosial. Dapat dikatakan pengguna internet mencapai 61.8% dari total populasi Indonesia.

Menurut Survei Literasi Digital di Indonesia pada tahun 2021, Indeks atau skor Literasi Digital di Indonesia berada pada angka 3,49 dari skala 1-5. Skor tersebut menunjukkan bahwa tingkat literasi digital di Indonesia masih berada dalam kategori Sedang.

Sebagai respons untuk menanggapi perkembangan TIK ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital. Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024.

Webinar #MakinCakapDigital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Kota Kediri, Jawa Timur merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siber Kreasi. Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli dibidangnya untuk berbagi terkait budaya digital antara lain Ketua Komite Kampanye dan Publikasi Mafindo, Yuli Setiyowati. Kemudian Koordinator Nasional Arus Informasi Santri Nusantara (AIS Nusantara), Anifatul Jannah, S.I.Kom, MA, serta Direktur LKP Mitra Ilmu - Relawan TIK Tulungagung, Khotibul Umam, M.Pd.

Baca Juga: Belajar Internet Cukup Hingga Mahir Digital, Jangan Sampai Kecanduan!

Untuk informasi lebih lanjut mengenai program Literasi Digital hubungi info.literasidigital.id dan cari tahu lewat akun media sosial Siberkreasi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: