- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Demi Tingkatkan TKDN, PLN Gandeng Produsen Industri Kelistrikan Nasional
PT PLN (Persero) menjalin kolaborasi dengan segenap Produsen Industri Kelistrikan Nasional untuk bisa meningkatkan kapasitas nasional demi meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
Staf Ahli Bidang Keuangan dan UMKM Kementerian BUMN Loto Srinita Ginting mengapresiasi langkah PLN mendorong peningkatan kapasitas produksi industri dalam negeri melalui pelibatan pelaku usaha dalam proyek PLN.
Loto mengatakan, harapannya sinergi yang makin erat ini akan mampu meningkatkan kapasitas produksi industri dan juga peningkatan penggunaan produk dalam negeri. Hal ini sejalan dengan program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (GNBI) yang telah diluncurkan pemerintah demi menaikkan penggunaan produk dalam negeri.
Baca Juga: PLN Klaim PLTU Paiton Sukses Terapkan Co-Firing 6 Persen
“Pada dasarnya BUMN, khususnya PLN, kami lihat telah menjalin beberapa kemitraan dengan UMKM atau produsen lokal dalam mendukung rantai pasok PLN. Hal ini selaras dengan aksi afirmasi penggunaan produk dalam negeri, dan kemitraannya akan lebih sustain,” ujar Loto dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu (13/7/2022).
Sementara itu, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan bahwa agenda ini menjadi bagian dari proses pengembangan infrastruktur kelistrikan yang lebih tangguh. Hal ini tidak terlepas dari target pemerintah mencapai carbon neutral 2060.
Dalam proses itu, PLN memiliki sejumlah program peningkatan pembangunan pembangkit EBT yang tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021–2030. Targetnya pada 2030 ada penambahan kapasitas EBT sebesar 223 GW.
“Kami sudah hitung kebutuhannya. Ada banyak proyek kelistrikan yang bisa dikolaborasikan dengan industri dalam negeri. Dengan adanya sinergi ini, kita bisa semakin kompetitif,” ujar Darmawan.
Darmawan mengatakan salah satu amanat Presiden dalam peningkatan TKDN bukan hanya sekadar meningkatkan industri dalam negeri saja, tetapi juga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Ia menjelaskan dengan mengurangi impor bahan baku minimal Rp150 triliun per tahun saja sudah berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 1,1 persen.
"Jadi kalau sebelum pandemi Covid-19 kemarin pertumbuhan ekonomi kita mencapai 5,1 persen, maka jika kita bisa kurangi impor bahan baku Rp150 triliun saja pertumbuhan ekonomi bisa naik ke 6,1 persen," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti