Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Fakta Mengejutkan di Balik Aksi Penembakan Shinzo Abe Diungkap Sang Pelaku: Saya Benci....

Fakta Mengejutkan di Balik Aksi Penembakan Shinzo Abe Diungkap Sang Pelaku: Saya Benci.... Kredit Foto: Reuters/Kyodo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Teka-teki di balik aksi penembakan mantan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, di Prefektur Nara, mulai terungkap satu per satu. Tetsuya Yamagami yang menjadi pelaku penembakan pun mengungkap alasan di balik aksi tersebut.

Tetsuya menyebut, ia nekat melakukan aksi keji itu dengan alasan membenci Gereja Unifikasi dan menurutnya Abe punya kaitan dengan gereja tersebut. Abe yang dihujani dua tembakan di bagian dada dan leher, langsung bersimbah darah dan mengalami henti jantung. Dia tutup usia di Nara Hospital University, sekitar 5 jam setelah ditembak. 

Baca Juga: Pemakaman Shinzo Abe Dihadiri Wapres Taiwan Disebut Bikin Resek China?

"Saya percaya, Abe punya kaitan dengan Gereja Unifikasi. Saya benci gereja itu, karena telah membuat ibu saya berkorban habis-habisan. Sampai keluarga kami bangkrut," paparnya.

Dalam keterangannya kepada wartawan di Prefektur Osaka, sang paman membeberkan, ibunda Yamagami merogoh kocek hingga 100 juta yen atau setara Rp 10,83 miliar, untuk menyumbang Gereja Unifikasi.

"60 juta yen yang disumbang, merupakan hasil pencairan asuransi atas kematian ayah Yamagami. 40 juta yen sisanya, berasal dari hasil penjualan real estate milik keluarga," urai paman Yamagami, seperti dikutip Kyodo.

"Dia terus menyumbang dalam jumlah yang lebih kecil. Bahkan, setelah bangkrut pada tahun 2002," imbuh sang paman, yang terus mendukung keluarga Yamagami secara finansial, selama bertahun-tahun.

Ibunda Yamagami bergabung dengan Gereja Unifikasi, sekitar tahun 1991, setelah suaminya bunuh diri pada tahun 1984.

Gereja mengklaim telah mengembalikan 50 juta yen. Mereka mengaku, tak ada catatan tentang jumlah sumbangan yang diberikan ibunda Yamagami kepada organisasi tersebut.

Respons ini dikritik oleh paman Yamagami. Dia menuduh sekte tersebut berusaha menghindari tanggung jawab.

Akibat kesulitan keuangan keluarga, Yamagami terpaksa meninggalkan bangku kuliah. Padahal, prestasinya cemerlang.

"Yamagami sangat pintar seperti ayahnya. Dia juga pekerja keras. Saya punya kenangan indah tentangnya " ucap sang paman.

Gagal menembus perguruan tinggi, Yamagami tetap bersekolah. Demi mewujudkan cita-cita menjadi petugas pemadam kebakaran. Namun, dia gagal ujian karena matanya minus.

"Sebagai anggota Pasukan Bela Diri Maritim (MSDF) pada tahun 2005, Yamagami pernah mencoba bunuh diri. Karena dia ingin saudara-saudaranya mendapat manfaat dari pencairan asuransi jiwa," beber pamannya.

Saat ini, ibunda Yamagami tinggal di rumah sang paman. Dia beristirahat karena kelelahan yang luar biasa. Tak diketahui, apakah saat ini ibu Yamagami masih berhubungan dengan pihak gereja.

Sumber investigasi mengatakan, Yamagami melakukan uji tembak senjata rakitan di sebuah fasilitas di Nara, yang terhubung dengan Gereja Unifikasi pada 7 Juli, sekitar pukul 4 pagi. Sehari sebelum penembakan fatal itu terjadi.

Pada hari yang sama, Yamagami juga pergi ke tempat kampanye Abe di Prefektur Okayama, dengan senjata rakitan. Termasuk, yang akhirnya digunakan untuk membunuh Abe.

Dia tampaknya telah mencari kesempatan, untuk menembak mantan perdana menteri di acara tersebut.

Gereja Unifikasi yang didirikan di Korea Selatan pada tahun 1954 oleh Sun Myung Moon, dikenal dengan pernikahan massalnya. Sekte tersebut memiliki reputasi kontroversial di Jepang. Jemaahnya, konon ada 600 ribu.

Di masa lalu, Gereja Unifikasi menjadi subyek dari serangkaian keluhan, yang mengklaim bahwa gereja memaksa orang untuk membeli panci dan perekat yang mahal. Ini juga mendorong orang percaya untuk menyumbangkan 10 persen pendapatan mereka.

"(Mantan Perdana Menteri) Nobusuke Kishi mengundang gereja (ke Jepang dari Korea Selatan). Jadi saya membunuh (cucunya) Abe," kata Yamagami, menurut sumber investigasi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Lestari Ningsih

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: