Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kenaikan Harga BBM Nonsubsidi Menyehatkan Sekaligus Melebarkan Inflasi

Kenaikan Harga BBM Nonsubsidi Menyehatkan Sekaligus Melebarkan Inflasi Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Terus melonjaknya harga minyak mentah dunia membuat PT Pertamina (Persero) mengambil keputusan untuk menyesuaikan harga tiga jenis produk Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi, yaitu Pertamax Turbo dengan RON 98, Dexlite, dan Pertamina Dex.

Adapun Pertamax Turbo naik dari Rp14.500 menjadi Rp16.200 per liter, Dexlite naik dari semula Rp12.950 per liter menjadi Rp15.000 per liter, dan Pertamina Dex naik dari Rp13.700 per liter menjadi Rp16.500 untuk wilayah DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

"Penyesuaian harga BBM umum dalam rangka mengimplementasikan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM Nomor 62 K/12/MEM/2020 tentang Formula Harga Dasar dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan Melalui SPBU," tulis Pertamina dalam web resminya dikutip, Senin (11/7/2022).

Baca Juga: Temui Keluarga Korban, Pertamina Patra Niaga Pastikan Akan Tanggung Jawab Penuh

Jaga Daya Beli

PT Pertamina Patra Niaga, Subholding Commercial & Trading, memastikan BBM subsidi, yaitu Pertalite dan solar maupun liquefied petroleum gas (LPG) 3 kilogram tidak mengalami perubahan.

Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting mengatalan, kondisi tersebut diambil di tengah tren Indonesian Crude Price (ICP) untuk BBM dan Contract Price Aramco (CPA) untuk LPG yang masih tinggi.

“Pemerintah melalui Pertamina terus menjaga daya beli masyarakat dengan menjaga ketersediaan energi dengan harga yang terjangkau, jadi Pertalite, solar, dan LPG 3 kg dijual dengan harga yang tetap,” ujar Irto saat dikonfirmasi Warta Ekonomi, Senin (11/7/2022).

Irto mencatat, ICP per Juni menyentuh angka US$117,62 per barel atau lebih tinggi sekitar 37 persen dari ICP pada Januari 2022.

Begitu pula dengan LPG, tren harga (CPA) masih di tinggi pada Juli ini mencapai US$725 per Metrik Ton (MT) atau lebih tinggi 13 persen dari rata-rata CPA sepanjang 2021.

Melihat tren ini, Irto mengatakan bahwa Pertamina Patra Niaga melakukan penyesuaian harga untuk produk bahan bakar khusus (BBK) atau BBM nonsubsidi, di antaranya Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan Dexlite serta LPG nonsubsidi seperti Bright Gas. Untuk saat ini, hanya Pertamax yang merupakan BBM nonsubsidi, namun harganya tidak berubah.

"Penyesuaian ini memang terus diberlakukan secara berkala sesuai dengan Kepmen ESDM 62/K/12/MEM/2020 tentang formulasi harga jenis bahan bakar umum (JBU). Penyesuaian harga ini dilakukan mengikuti tren harga pada industri minyak dan gas dunia. Saat ini penyesuaian kami lakukan kembali untuk produk Pertamax Turbo dan Dex Series yang porsinya sekitar 5 persen dari total konsumsi BBM nasional, serta produk LPG nonsubsidi yang porsinya sekitar 6 persen dari total konsumsi LPG nasional," ujarnya.

Adapun harga baru seluruh produk ini berlaku mulai 10 Juli 2022. Untuk Pertamax Turbo (RON 98), terdapat penyesuaian harga menjadi Rp16.200 sebelumnya Rp14.500, Pertamina Dex (CN 53) menjadi Rp16.500 sebelumnya Rp13.700, dan Dexlite (CN 51) menjadi Rp15.000 per liter dari sebelumnya Rp12.950 untuk wilayah DKI Jakarta atau daerah dengan besaran pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB) 5%. Untuk LPG nonsubsidi seperti Bright Gas akan disesuaikan sekitar Rp2.000 per kg.

"Seluruh penyesuaian harga di angka sekitar Rp2.000 baik per liter untuk BBM dan per kg untuk LPG, harga ini masih sangat kompetitif dibandingkan produk dengan kualitas setara. Untuk yang subsidi, pemerintah masih turut andil besar dengan tidak menyesuaikan harganya," tutupnya.

Pergeseran Pengguna Nonsubsidi

Kebijakan PT Pertamina (Persero) yang melakukan penyesuaian harga LPG nonsubsidi dinilai berpotensi menggeser pengguna ke LPG subsidi atau gas melon.

"Melihat ini, meskipun ada potensi, tapi kemungkinan tidak signifikan," ujar Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting saar dikonfirmasi Warta Ekonomi, Selasa (12/7/2022).

Meski konsumen berpotensi mengalami pergeseran dari produk nonsubsidi ke produk subsidi, Irto belum bisa memastikan seberapa banyak masyarakat yang akan mengubah haluan akan konsumsi LPG.

"Kami lihat nanti dalam satu bulan," ujarnya.

 

Sebagaimana diketahui, Pertamina melalui anak perusahaanya Pertamina Patra Niaga telah menyesuaikan beberapa harga energi termasuk di dalamnya LPG nonsubsidi dan tiga jenis BBM nonsubsidi pada 10 Juli 2022.

Irto melanjutkan, pergerseran tidak akan terlalu besar lantaran pengguna elpiji 12 kg sudah memiliki segmennya sendiri.

"Sejak kenaikan berkala, konsumsi elpiji nonsubsidi berada di sekitar 6 persen, artinya sudah ada segementasi yang jelas untuk konsumen elpiji nonsubsidi," ujarnya.

Irto menjelaskan, dengan porsi pengguna elpiji sebesar 6 persen dengan kenaikan yang dilakukan berkala, kecil kemungkinan masyarakat yang beralih ke elpiji ukuran 3 kg.

“Kalaupun ada yang migrasi tidak akan signifikan. Karena 6 persen itu sudah segmentasi elpiji nonsubsidi. Konsumsi LPG nonsubsidi, sisanya 94 persen LPG subsidi 3 kg," tutupnya.

Menyebabkan Inflasi

Direktur Center of Economic and Law Studie (Celios), Bhima Yudhistira mengatakan kebijakan tersebut akan memberikan imbas ke inflasi cukup berisiko dari penyesuaian harga yang diatur pemerintah (imported inflation).

"Meski yang disesuaikan adalah BBM dan LPG nonsubsidi. Proyeksi inflasi bisa menyentuh 5 s.d. 5,5 persen year on year tahun ini," ujar Bhima saat dikonfirmasi Warta Ekonomi, Selasa (12/7/2022).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: