Gara-gara Hal Ini, Iran Bilang Joe Biden Kampanyekan Iranofobia di Timur Tengah
Iran diketahui telah melakukan pengayaan hingga 60 persen. Ini jauh di atas batasan 3,67 persen yang diatur dalam kesepakatan nuklir pada 2015 antara Teheran dengan negara-negara kekuatan dunia, termasuk AS. Uranium yang diperkaya hingga 90 persen berpotensi untuk bahan bom nuklir.
Dilansir Reuters, Senin (18/7/2022), penasihat senior Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, Kamal Kharrazi, mengklaim bahwa Iran secara teknis mampu membuat sebuah bom nuklir. Meski demikian, mereka belum memutuskan merealisasikan klaim tersebut.
Menurut Kharrazi, bisa saja Iran mengikuti kesepakatan nuklir tersebut. Namun syaratnya, jika AS mencabut sanksi-sanksi dan kembali bergabung dalam kesepakatan itu.
Biden sebelumnya menyatakan, tidak bisa menjanjikan hal itu, dengan alasan: kesepakatan nuklir bukan perjanjian yang mengikat secara hukum.
Pada 2018, mantan Presiden AS Donald Trump menarik negaranya dari kesepakatan nuklir itu. Merespons keputusan AS, Teheran pun mulai melanggar pembatasan-pembatasan nuklir yang diatur kesepakatan tersebut.
Kharrazi menegaskan, Iran tidak akan pernah merundingkan program rudal balistik dan kebijakan regionalnya, seperti yang dituntut negara-negara Barat dan sekutu mereka di Timur Tengah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: