Kandungan kafein dalam kopi dapat membantu orang-orang untuk merasa lebih segar saat beraktivitas. Di samping menyegarkan, kandungan kafein pada kopi digadang dapat membantu proses penurunan berat badan. Benarkah?
Ahli gizi Hannah Hope mengatakan tak ada jawaban "ya" atau "tidak" yang sederhana untuk pertanyaan tersebut. Beberapa studi memang menunjukkan bahwa kopi bisa menstimulasi penurunan berat badan. Namun, belum ada bukti yang cukup untuk menyimpulkan secara pasti bahwa kopi dapat menurunkan berat badan.
Sebuah analisis meta pada 2019 misalnya, mengulas 13 uji coba terkontrol yang acak mengenai efek kafein terhadap penurunan berat badan. Analisis meta ini menyimpulkan bahwa asupan kafein bisa membantu penurunan berat badan, lemak dalam tubuh, dan indeks massa tubuh.
Namun, studi pada 2017 yang dipublikasikan dalam Journal of Food Science menunjukkan hal sebaliknya. Studi ini mendapati bahwa konsumsi kopi dapat mengganggu persepsi rasa, terutama mengenai interpretasi rasa manis. Hal ini dapat membuat peminum kopi cenderung mengonsumsi makanan atau minuman yang lebih manis, sehingga kalori yang mereka konsumsi menjadi lebih besar.
Studi berbeda pada 2020 menemukan bahwa orang yang minum empat cangkir kopi berkafein per hari mengalami penurunan lemak tubuh sebanyak empat persen. Studi yang dimuat dalam American Journal of Clinical Nutrition ini juga mengungkapkan bahwa minum kopi dapat meningkatkan laju metabolisme. Hal tersebut bisa berdampak pada lebih banyaknya kalori yang terbakar.
Mengacu pada studi lain, kafein disebut dapat membantu penurunan berat badan dengan menstimulasi sistem saraf. Kopi juga bisa meningkatkan resting metabolic rate (RMR) atau tingkat kalori yang terbakar saat tubuh istirahat.
Secara umum, Hope menjelaskan bahwa kopi mengandung banyak senyawa yang aktif secara biologis dan bisa mempengaruhi metabolisme. Salah satu di antaranya adalah theobromine yang bisa menstimulasi thermogenesis di dalam tubuh.
"Di mana tubuh memproduksi panas dan meningkatkan jumlah kalori yang Anda bakar," ungkap Hope, seperti dilansir Fit and Well, Rabu (20/7/2022).
Kopi juga diketahui mengandung polifenol bernama chlorogenic acid. Polifenol ini berperan penting dalam regulasi metabolisme glukosa dan lipid. Ada cukup banyak bukti pula yang mengungkapkan bahwa chlorogenic acid dapat menurunkan risiko diabetes tipe 2 dan memberikan efek anti obesitas.
"Dia berperan sebagai lipase inhibitor, artinya dia menghentikan penyerapan lemak," kata Hope.
Terlepas dari perbedaan yang ditemukan dalam beberapa studi, kopi atau kafein sebenarnya bisa menjadi bagian dari gaya hidup sehat. Namun, konsumsi kafein terlalu banyak sebaiknya dihindari karena dapat memunculkan gejala seperti insomnia, cemas, jitter, jantung berdebar, sakit perut, mual, atau sakit kepala. Gejala ini biasanya muncul setelah mengonsumsi 1.200 mg kafein dalam waktu singkat.
Konsumsi kopi juga sebaiknya dihindari oleh orang yang mengidap migrain. Pada orang-orang yang menderita migrain, konsumsi tiga porsi minuman berkafein atau lebih per hari bisa memicu migrain.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kafein bersifat diuretik. Dalam jangka panjang, konsumsi kafein bisa memicu dehidrasi kronis bila tak diimbangi dengan hidrasi atau minum air yang cukup.
Kafein juga bisa mengganggu penyerapan kalsium. Tak hanya itu, konsumsi kafein menjelang jam tidur bisa mengganggu tidur sehingga tubuh akan terasa lelah keesokan harinya.
"Studi-studi menunjukkan abhwa minum 2-4 gelas kopi per hari bisa memiliki beberapa manfaat kesehatan, namun lebih dari itu, (konsumsi kopi) akan mulai merugikan kesehatan," jelas Hope.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Boyke P. Siregar
Tag Terkait: