Digitalisasi dan bahkan optimalisasi budaya menjadi hal yang tidak bisa dibendung. Sebab dari budaya muncul aspek-aspek ekonomi dan kapital yang penting sekali di masyarakat.
"Terkait dengan kondisi digitalisasi terdapat berbagai tantangan yang harus dihadapi seperti mengaburnya wawasan kebangsaan, menipisnya kesopanan dan kesantunan," kata Sekjen ASPIKOM dan Pegiat Media Literasi UMM, Muhammad Himawan Sutanto, saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur pada Selasa (19/7/2022), dikutip dari siaran pers yang diterima di Jakarta.
Baca Juga: Derasnya Arus Informasi Butuh Landasan Budaya Digital
Menghilangnya budaya Indonesia karena digitalisasi menjadi panggung untuk budaya asing sangat terasa saat ini. Hampir banyak yang kini justru lebih senang menonton drama Korea dibanding kebudayaan negeri sendiri. Padahal, kekayaan dan keragaman Indonesia tak kalah menarik. Minimnya pemahaman akan hak digital juga menjadi tangangan.
Belum lagi kebebasan berekspresi yang kebablasan bisa mengacu pada komentar atau unggahan yang kurang menghargai pengguna internet lainnya. Serta hilangnya batas-batas berekspresi dan pelanggaran akan hak cipta karya intelektual di dunia digital.
Namun, berbicara mengenai dampak positif digitalisasi, maka akan mengarah potensi ekonomi digital. Di mana kini marketplace yang diibaratkan seperti sebuah pasar dapat mendatangkan banyak kesempatan dan peluang meningkatkan taraf hidup orang banyak. Era ekonomi kreatif merupakan era ekonomi baru setelah ekonomi pertanian, ekonomi industri, dan ekonomi informasi.
"Mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya," katanya lagi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum