Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tidak Selalu yang Meninggal adalah Korban, Kriminolog Singgung Kasus Brigadir J: Biasanya Kekerasan Itu Ada Trigger

Tidak Selalu yang Meninggal adalah Korban, Kriminolog Singgung Kasus Brigadir J: Biasanya Kekerasan Itu Ada Trigger Kredit Foto: Antara/ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/aww.
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kasus baku tembak sesama anggota polisi di rumah Irjen Ferdy Sambo yang menewaskan Brigadir J menimbulkan banyak spekulasi liar di masyarakat. Menanggapi hal ini, kriminolog dari Universitas Indonesia Kisnu Widagso memberikan pandangannya.

Menurut Kisnu, tidak selalu yang meninggal adalah korban. Oleh karena itu, ia meminta masyarakat untuk tidak berspekulasi terkait kejanggalan kematian Brigadir J dan meminta masyarakat untuk menunggu Tim Khusus mengungkap puzzle atau teka-teki terkait kasus tersebut.

"Idealnya, puzzle-nya ngumpul dulu baru kemudian bisa dijelaskan," kata Kisnu, Rabu (27/7/2022).

Baca Juga: Minta Polri Segera Tetapkan Tersangka dalam Kasus Brigadir J, KAMMI: Kasus Ini Akan Terungkap Secara Transparan

Menurut Kisnu, kejanggalan yang menjadi sorotan masyarakat diakibatkan asumsi yang terbentuk ketika kepingan puzzle masih belum lengkap. Berangkat dari hal tersebut, dirinya meminta kepada masyarakat untuk menunggu Tim Khusus bentukan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo melengkapi kepingan puzzle tersebut.

Kisnu menjabarkan bahwa kuncinya adalah keterbukaan informasi. Menurut dia, untuk melengkapi sebuah puzzle, terdapat informasi yang bisa diperoleh dari berbagai sumber, salah satunya korban, saksi, dan bukti lainnya.

"Lalu digital evidence (bukti/jejak digital). Digital evidence apakah CCTV doang? CCTV di luar rumah itu kan hanya menentukan bahwa si A ada di situ," ucapnya menjelaskan.

Tak lupa, Kisnu mengingatkan kepada masyarakat untuk jangan beranggapan bahwa setiap orang yang meninggal dalam kasus kejahatan itu merupakan korban.

Baca Juga: Brigadir J Sering Terima Teror Ancaman Pembunuhan, Pengamat: Bisa Jadi Ada Oknum-oknum yang Memiliki Dendam

"Luckenbill bilang, biasanya kekerasan itu ada trigger, ada yang memulai, ada yang melemparkan simbol, dan ada yang men-trigger munculnya simbol," katanya.

Hanya saja, Kisnu mengatakan kerap terjadi masalah yakni seringnya seseorang yang memulai itu memunculkan definisi situasi yang baru.

Definisi situasi baru itulah yang menyebabkan audiens merespons, dan ketika mendapatkan respons, sosok yang memulai ini kemudian merespons balik. Sampai pada satu titik, pertukaran simbol ini mencapai titik kritis.

"Di situlah kemudian terjadi pembunuhan, kekerasan yang menyebabkan seseorang meninggal dunia," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: