Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

MenKopUKM: Wirausaha Bukan Sekadar Memperkaya Diri Tapi Sejahterakan Masyarakat

MenKopUKM: Wirausaha Bukan Sekadar Memperkaya Diri Tapi Sejahterakan Masyarakat Kredit Foto: KemenKopUKM
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengatakan konsep berwirausaha di kalangan masyarakat harus dikaitkan dengan upaya menyejahterakan masyarakat sekitar dan membuka lapangan kerja baru. Untuk itu, Menkop mengajak lebih banyak masyarakat untuk menumbuhkan UMKM socioentrepreneur yang berpola pikir mendirikan usaha untuk sekaligus menyejahterakan masyarakat sekitar.

Menurutnya, konsep socioentrepreneur sangat relevan diterapkan ketika seseorang mendirikan usaha tidak sekadar untuk memperkaya diri melainkan menyejahterakan sekitarnya. Karenanya Teten mengajak wirausaha baru atau calon wirausaha untuk mengubah pola pikir menjadi socioentrepreneur mulai dari sekarang.

Baca Juga: Menkop-UKM: Adaptasi dalam Transformasi Digital Jadi Kunci Resiliensi UMKM

"Pola pikir kita harus berubah. Saya sering bertemu para pengusaha besar dan saya mendapati ketika mereka berbisnis bukan semata untuk memperkaya diri. Mereka juga ingin membawa kesejahteraan bagi orang di sekitarnya. Ingin menolong orang, membuka lapangan pekerjaan dan lainnya," ucap Teten dalam keterangan tertulisnya, Selasa (9/8/2022).

Lebih lanjut, Menteri Teten menambahkan bahwa selama ini, pihaknya sering melakukan kunjungan ke berbagai perguruan tinggi di Indonesia untuk menanamkan pola pikir ini kepada calon pengusaha.

Terlebih, saat ini pemerintah sedang berupaya untuk menambah 1 juta wirausaha baru hingga 2024. Target ini juga akan berkontribusi pada jumlah wirausaha baru di Indonesia menuju visi Indonesia Emas 2045.

Baca Juga: Kemenkop-UKM Perkuat Kinerja Tim Penyusun Naskah Akademik Revisi UU Perkoperasian

"Kenapa perlu ditambah jumlah wirausaha ini? Karena untuk menjadi negara maju, kita harus punya 10% sampai 12% pengusaha dari seluruh populasi. Minimumnya 4%. Singapura itu sudah 8,67%, Malaysia 4,74%, dan Thailand 4,26%. Kita baru 3,18%. Karena itu, kami keliling kampus untuk menyiapkan para entrepreneur sebagai persiapan Indonesia menjadi negara maju di 2045," kata Menteri Teten.

Dia menegaskan bahwa perguruan tinggi juga perlu mengubah kurikulum agar semakin adaptif dan mampu mendorong terciptanya lebih banyak wirausaha baru.

"Perguruan tinggi jangan lagi menyiapkan sarjananya sebagai pegawai pemerintah atau swasta. Kita siapkan mereka bukan sebagai pencari kerja tapi pencipta lapangan kerja," katanya.

Dalam acara ini, para mahasiswa juga mendapatkan cerita sukses dari para pengusaha di Bali yaitu pemilik toko oleh-oleh Krisna I Gusti Ngurah Anom atau yang akrab disapa Ajik Krisna dan Niluh Djelantik.

Baca Juga: Kemenkop Gandeng PTI untuk Mengembangkan Ekosistem Ekonomi Digital untuk Disabilitas

Selain itu, dilakukan juga penandatanganan MOU antara Universitas Warmadewa dengan KemenKopUKM tentang Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Kepada Masyarakat.

Rektor Universitas Warmadewa I Dewa Putu Widjana mengatakan pemberian bekal untuk para mahasiswa ini sangat baik untuk dilakukan guna mengubah pola pikir wirausaha.

"Pemberian bekal ini sangat baik untuk memberikan wawasan kepada para mahasiswa agar dapat menjadi pebisnis yang sukses," ucap Putu Widjana.

Baca Juga: Menkop-UKM: Adaptasi dalam Transformasi Digital Jadi Kunci Resiliensi UMKM

Sementara itu, Ketua Yayasan Kesejahteraan KORPRI Provinsi Bali AA Gede Oka Wisnumurti menuturkan bahwa kurikulum bukan berarti tidak bisa diganggu gugat. Untuk mencetak para pengusaha baru, pendekatan dari sektor pendidikan akan menjadi langkah utama dan sangat krusial.

"Kurikulum jangan dijadikan kitab suci. Mahasiswa ini hebat tinggal ada sentuhan dari kampus agar terbentuk mereka," kata Oka Wisnumurti.

Baca Juga: Tegas! Bule Inggris Eks Napi Narkoba Diusir dari Bali

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: