Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perang Rusia-Ukraina Pengaruhi Pasokan Gandum Dunia, Harga Mi Instan Bakal Naik Drastis?

Perang Rusia-Ukraina Pengaruhi Pasokan Gandum Dunia, Harga Mi Instan Bakal Naik Drastis? Kredit Foto: Pixabay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Pertanian (Kementan) mengimbau masyarakat dan para pelaku industri pangan untuk terus meningkatkan waspada terhadap potensi krisis pangan global, meski kondisi Indonesia memang masih terbilang aman jika dilihat dari komoditas pangan strategis yang masih terjamin dan harga relatif stabil. 

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri mengatakan saat ini krisis pangan sudah berada di depan mata bagi banyak negara. Berdasarkan laporan dari Global Crisis Response Group Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sekitar 1,6 miliar orang di 94 negara menghadapi setidaknya satu dimensi krisis pangan, energi, dan sistem finansial.

Baca Juga: Impor Gandum Terus Naik, Pemerintah Mulai Siapkan Sorgum Jadi Alternatif Substitusi

Kuntoro mengatakan potensi terjadinya krisis pangan global disebabkan oleh terganggunya rantai pasok yang membuat harga berbagai komoditas melonjak. Invasi militer Rusia atas Ukraina, perubahan iklim, dan pandemi covid-19 yang belum sepenuhnya usai, menjadi penyebab utama munculnya tren di kalangan negara-negara sentra produksi pangan mulai melakukan restriksi ekspor ke negara-negara lain.

Sepanjang Juni 2022, International Food Policy Research Institute (IFPRI) menyebut ada berbagai kebijakan restriksi ekspor di beberapa negara, baik berupa pelarangan, izin, dan atau pajak ekspor, di antaranya komoditas yang dibatasi adalah gandum.

Kuntoro menyebut, negara penghasil gandum, seperti Rusia, India, Serbia, Mesir, Afghanistan, Kazakhstan, Kyrgyzstan, dan Kosovo, mengeluarkan kebijakan retriksi. Langkah tersebut diambil untuk menjaga stabilitas pangan di negaranya masing-masing. 

"Perang Rusia-Ukraina juga sangat memengaruhi pasokan gandum untuk kebutuhan global. Menurut laporan FAO, sekitar 50 negara menggantungkan sekitar 30% impor gandumnya dari Rusia dan Ukraina," kata Kuntoro dalam keterangan persnya, Kamis (11/8/2022).

Baca Juga: Asyik! Langkah Indonesia Bikin Dubes Ukraina Senang, Gandum pun Datang

Berdasarkan kondisi itu, kata Kuntoro, pemerintah turut mengalihkan pandangannya pada persoalan tersebut. Meski gandum bukan komoditas pangan utama, tetapi kebutuhan gandum di Indonesia sangat tinggi. Seperti diketahui, gandum bukan produk asli Indonesia dan sulit untuk dibudidayakan. Hal tersebut memicu terjadinya impor kebutuhan gandum. 

Berdasarkan permasalahan yang ada, Kuntoro mengatakan bahwa konflik global masih bisa mempengaruhi pasar gandum Indonesia, karena total produk pangan yang diimpor dari kedua negara [Rusia dan Ukraina] pada 2021 sebesar 956 juta dolar AS, di mana 98% di antaranya adalah gandum.

Sementara itu, Indonesia merupakan negara kedua dengan nilai impor gandum tertinggi di dunia. Total nilai impornya 2,6 miliar dolar AS (5,4% dari total impor gandum dunia) pada 2020. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2019 menunjukkan bahwa konsumsi gandum per kapita penduduk Indonesia adalah 30,5 kg/ tahun. 

Sebagai perbandingan, makanan pangan pokok penduduk Indonesia yaitu beras, konsumsi penduduk Indonesia per kapita sebesar 27 kg/tahun. Kebutuhan gandum terbesar adalah untuk industri produk pangan olahan, seperti mi instan, kue, dan roti.

Baca Juga: Komunikasi Kesiapan Hadapi Krisis Pangan, Kuncinya Sinergitas

"Kementan merespons positif pernyataan salah satu pelaku industri pangan olahan berbasis gandum yang menyebutkan kenaikan harga produk pangan olahan tidak akan signifikan. Pemerintah termasuk Kementan mengharapkan semua pelaku industri pangan terus berkomitmen untuk menjaga harga produk mereka," tegas Kuntoro.

Meskipun begitu, pemerintah tetap akan terus mengedepankan kewaspadaan dan mengupayakan langkah preventif sehingga ketersediaan pangan nasional tetap terjaga. Potensi bahan baku makanan yang bisa naik berkali-kali lipat tentunya perlu diwaspadai, karena dampaknya yang akan sangat merugikan masyarakat. 

Berangkat dari kewaspadaan tersebut, maka pemerintah pun memiliki kewajiban untuk mengingatkan masyarakat dan juga pelaku industri pangan terhadap potensi krisis pangan seraya juga terus mengupayakan sejumlah langkah untuk bisa menghindarkan Indonesia dari kemungkinan kelangkaan pangan. 

Baca Juga: Antisipasi Bahaya Krisis Pangan, Pemerintah Dorong Pengembangan Kelapa Genjah

Salah satu upaya yang dilakukan adalah menyubtitusi kebutuhan bahan pangan impor dengan bahan lokal. Untuk kebutuhan industri pangan olahan berbasis gandum, Pemerintah mulai menggalakkan penanaman sorgum yang dapat menggantikan gandum. Kementan juga memperkuat dan menyediakan pangan lokal alternatif, seperti singkong dan umbi-umbian.

"Gandum dapat disubstitusi sorgum yang sangat cocok dikembangkan di sini. Pangan lokal dapat menyelamatkan kita dari krisis pangan. Sorgum salah satunya," tutup Kuntoro.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Andi Hidayat
Editor: Ayu Almas

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: