Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pertamina Optimistis Produksi Blok Rokan Capai 170 Ribu BOPD di Akhir 2022

Pertamina Optimistis Produksi Blok Rokan Capai 170 Ribu BOPD di Akhir 2022 Kredit Foto: Pertamina

"Ini saya kira tantangan tersendiri ke depan bagaimana  Pertamina bisa ikut mendukung peningkatna produksi migas nasional. Meski kita pada hari ini bicara tentang EBT yang menurut hemat kami proses transformasi energi tidak terelakkan, dalam waktu cukup lama kita masih akan tetap andalkan energi fosil," jelas Eddy.

Masalahnya, lanjut Eddy, saat ini sebagian besar lapangan migas di Indonesia sudah tidak lagi berada pada fase meningkatkan produksi tetapi telah berada pada fase mempertahankan tingkat produksi dan menahan laju penurunan produksi alamiah yang terus meningkat setiap tahunnya. 

Komaidi Notonegoro menjelaskan saat ini sekitar 70 % wilayah kerja (WK) migas produksi di Indonesia telah mengalami penurunan produksi alamiah. Kondisi tersebut juga tercermin dari target lifting migas di APBN yang seringkali tidak tercapai. Data ReforMiner Insititute memperlihatkan bahwa 52% WK migas produksi migas di Indonesia merupakan mature field. 

“Dari 76 WK migas produksi, 40 diantaranya merupakan mature field yaitu 36 WK berumur 25-50 tahun dan 4 WK berumur lebih dari 50 tahun. Secara umum biaya produksi dan pemeliharaan mature field akan terus meningkat sejalan dengan penurunan kemampuan produksinya,” ujar Komaidi.

Dia menjelaskan, saat ini sebagian besar blok migas yang menjadi andalan atau penopang produksi migas nasional merupakan mature field seperti Blok Rokan (1951), Blok ONWJ (1966), Blok Mahakam (1967), dan Blok OSES yang berproduksi sejak 1968.

Menurut Komaidi, tantangan dalam mempertahankan atau apalagi meningkatkan produksi migas pada mature field seperti Blok Rokan tidak hanya sekedar menyangkut masalah teknis operasional dalam memproduksikan minyak dan gas bumi. "Tetapi seringkali yang menjadi tantangan utamanya adalah masalah keekonomian proyek terkait dengan karakterisitik mature field adalah biaya produksi dan pemeliharaannya terus meningkat," ujarnya.

Menurut dia, kondisi tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia tapi banyak terjadi di negara lainya. Upaya sejumlah negara seperti Kanada, Brazil, dan Australia dalam mempertahankan kemampuan produksi mature field diantaranya adalah dengan memberikan insentif fiskal. Kanada memberikan pengurangan pajak pedapatan dan penangguhan kerugian pajak untuk mature field. Brazil memberikan insentif pengurangan royalti dan penggantian kerugian biaya eksplorasi. Sementara Australia memberikan insentif pembatasan royalti dan insentif bea cukai migas.

Hasil dari berbagai jenis insentif fiskal yang diberikan berdampak positif terhadap produksi migas di sejumlah negara tersebut. Selama periode 2010-2019 produksi minyak dan gas Kanada dilaporkan meningkat masing-masing sebesar 63,47 % dan 15,72 %. Produksi minyak dan gas Brazil pada periode yang sama meningkat masing-masing sebesar 35,36 % dan 71,89 %. Sementara produksi gas Australia pada periode yang sama dilaporkan meningkat sekitar 184 %.

"Jika bertolak dari kebijakan di sejumlah negara maka pengelolaan WK Migas mature filed seperti Blok Rokan memerlukan insentif baik fiskal maupun nonfiskal. Insentif secara khusus untuk pelaksanaan kegiatan EOR juga perlu dipertimbangkan untuk diberikan oleh pemerintah daerah," ungkap Komaidi.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: