Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Apa Itu Value Chain?

Apa Itu Value Chain? Kredit Foto: Unsplash/Rawpixel
Warta Ekonomi, Jakarta -

Value chain atau rantai nilai adalah model bisnis yang menggambarkan berbagai aktivitas yang diperlukan untuk menciptakan produk atau layanan. Untuk perusahaan yang memproduksi barang, value chain terdiri dari langkah-langkah yang melibatkan membawa produk dari konsepsi ke distribusi hingga pengadaan bahan baku, fungsi manufaktur, dan aktivitas pemasaran.

Biasanya perusahaan melakukan analisis value chain dengan mengevaluasi prosedur rinci yang terlibat dalam setiap langkah bisnisnya. Tujuan dari analisis value chain adalah untuk meningkatkan efisiensi produksi sehingga perusahaan dapat memberikan nilai maksimum dengan biaya seminimal mungkin.

Baca Juga: Apa Itu Value Proposition?

Karena persaingan yang terus meningkat dan ketat, perusahaan harus terus-menerus memeriksa value yang mereka ciptakan untuk mempertahankan keunggulan kompetitif mereka. Value chain dapat membantu perusahaan untuk membedakan area bisnisnya yang tidak efisien, dan menerapkan strategi yang akan mengoptimalkan prosedurnya agar efisien dan profit maksimum.

Selain memastikan bahwa mekanisme produksi berjalan lancar dan efisien, bisnis harus menjaga agar pelanggan merasa percaya diri dan cukup aman untuk tetap setia. Analisis value chain juga dapat membantu dalam hal ini.

Michael E. Porter, dari Harvard Business School, memperkenalkan konsep value chain dalam bukunya yang berjudul Competitive Advantage: Creating and Sustaining Superior Performance. Dia menulis: "Keunggulan kompetitif tidak dapat dipahami dengan melihat perusahaan secara keseluruhan. Ini berasal dari banyak aktivitas terpisah yang dilakukan perusahaan dalam merancang, memproduksi, memasarkan, menyerahkan, dan mendukung produknya."

Dengan kata lain, sangat penting untuk memaksimalkan value pada setiap titik spesifik dalam proses perusahaan.

Dalam konsep Porter tentang value chain, Porter membagi aktivitas bisnis menjadi dua kategori, yaitu "utama" dan "pendukung". Melansir Investopedia di Jakarta, Jumat (26/8/22), berikut penjabaran lengkap mengenai aktivitas utama dan aktivitas pendukung:

Aktivitas Utama

Aktivitas utamaberhubungan langsung dengan penciptaan produk, penjualan, pengiriman, pemeliharaan, dan pelayanan. Terdiri dari lima komponen, dan semuanya penting untuk menambah value serta menciptakan keunggulan kompetitif:

  1. Logistik - mencakup fungsi-fungsi seperti penerimaan, pergudangan, dan pengelolaan inventaris.
  2. Operasi - mencakup prosedur untuk mengubah bahan mentah menjadi produk jadi.
  3. Logistik keluar - kegiatan untuk mendistribusikan produk akhir ke konsumen.
  4. Pemasaran dan penjualan - mencakup strategi untuk meningkatkan visibilitas dan menargetkan pelanggan yang tepat—seperti iklan, promosi, dan penetapan harga.
  5. Layanan - mencakup program untuk memelihara produk dan meningkatkan pengalaman konsumen—seperti layanan pelanggan, pemeliharaan, perbaikan, pengembalian uang, dan pertukaran.

Aktivitas Pendukung

Peran aktivitas pendukung adalah untuk membantu membuat aktivitas utama lebih efisien. Ketika meningkatkan efisiensi salah satu dari empat aktivitas pendukung, maka akan menguntungkan setidaknya satu dari lima aktivitas utama. Aktivitas pendukung ini umumnya dilambangkan sebagai biaya overhead pada laporan laba rugi perusahaan:

  1. Pengadaan - mencakup bagaimana perusahaan memperoleh bahan baku.
  2. Pengembangan teknologi - mencakup penelitian dan pengembangan (R&D) perusahaan seperti merancang dan mengembangkan teknik manufaktur dan proses otomatisasi.
  3. Manajemen sumber daya manusia (SDM) - melibatkan perekrutan dan mempertahankan karyawan yang akan memenuhi strategi bisnis perusahaan dan membantu merancang, memasarkan, dan menjual produk.
  4. Infrastruktur - mencakup sistem perusahaan dan komposisi tim manajemennya—seperti perencanaan, akuntansi, keuangan, dan kontrol kualitas.

Kedai kopi Starbucks menawarkan salah satu contoh paling populer dari perusahaan yang memahami dan berhasil menerapkan konsep rantai nilai. Perjalanan Starbucks dimulai dengan satu toko di Seattle pada tahun 1971. Dari sana, Starbucks tumbuh menjadi salah satu merek yang paling dikenal di dunia. Misi Starbucks yaitu untuk menginspirasi dan memelihara semangat manusia - satu orang, satu cangkir, dan satu lingkungan pada satu waktu.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: