Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Referensi CPO Periode I September 2022 Meningkat, Jadi Berapa?

Harga Referensi CPO Periode I September 2022 Meningkat, Jadi Berapa? Kredit Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga referensi produk minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) untuk penetapan bea keluar (BK) periode 1–15 September 2022 adalah US$929,66/MT. Harga referensi tersebut meningkat sebesar US$29,14 atau 3,24 persen dari periode 16–31 Agustus 2022 yang sebesar US$900,52/MT.

Penetapan ini tercantum dalam Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 1207 Tahun 2022 tentang Harga Referensi Crude Palm Oil yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Layanan Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit periode 1–15 September 2022, Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 1206 Tahun 2022 tentang Harga Patokan Ekspor dan Harga Referensi atas Produk Pertanian dan Kehutanan yang Dikenakan Bea Keluar periode bulan September 2022, dan Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 1208 Tahun 2022 tentang Daftar Merek Refined, Bleached, and Deodorized (RBD) Palm Olein dalam Kemasan Bermerek dan Dikemas dengan Berat Netto kurang dari sama dengan 25 kg periode bulan September 2022.

Baca Juga: Periode 30 Agustus 2022, Harga CPO di KPBN Tercatat Turun Tipis

"Saat ini harga referensi CPO mengalami peningkatan dan mulai menjauhi threshold US$680/MT. Untuk itu, pemerintah mengenakan BK CPO sebesar US$74/MT untuk periode 1–15 September 2022," kata Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Veri Anggrijono, dilansir dari laman resmi Kementerian Perdagangan RI pada Kamis (1/9). 

BK CPO untuk September 2022 merujuk pada Kolom 6 Lampiran Huruf C Peraturan Menteri Keuangan Nomor 123/PMK.010/2022 sebesar US$74/MT. Nilai tersebut tidak berubah dari BK CPO untuk periode 16–31 Agustus 2022.

Peningkatan harga referensi CPO dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu meningkatnya harga minyak kedelai diikuti dengan mulai meningkatnya permintaan dari Tiongkok dan India, serta menurunnya nilai tukar ringgit yang mendekati level terendah.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: