Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gak Cuma Kelapa Sawit, Ternyata Hal Ini Juga Pengaruhi Harga CPO

Gak Cuma Kelapa Sawit, Ternyata Hal Ini Juga Pengaruhi Harga CPO Kredit Foto: Ellisa Agri Elfadina
Warta Ekonomi, Jakarta -

Semakin pentingnya kedudukan minyak kelapa sawit (CPO) sebagai bahan baku produk pangan, oleokimia, dan bahan bakar nabati, sehingga menjadi penting untuk menjaga kestabilan harga CPO domestik. Lantaran, pergerakan harga CPO ini juga turut berdampak pada pergerakan harga tandan buah segar (TBS) sawit di tingkat petani.

“Naik turunnya harga CPO berlangsung harian. Cukup banyak faktor-faktor yang mempengaruhi harga CPO, terutama dari fundamental yang terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal,” kata Kepala Bagian Bursa dan Pengembangan Bisnis PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN) Andrial Saputra dalam gelar wicara Gensaw Corner Eps. 4 yang diselenggarakan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) bertajuk “Apa yang Mempengaruhi Harga CPO?” di Jakarta, Jum’at (26/8/2022).

Baca Juga: Perjuangkan Haknya, Ratusan Petani Kelapa Sawit Malah Dapat "Surat Cinta" Anak Perusahaan Sinar Mas

Lebin lanjut dijelaskan Andrial Saputra, penetapan harga komoditas di Indonesia, termasuk CPO yakni dengan menggunakan tiga pendekatan utama diantaranya supply and demand approach; market approach; dan cost oriented approach. Data PT KPBN mencatat bahwa pergerakan harga CPO sepanjang 2019 hingga akhir 2021 cukup solid berada di tren penguatan, dengan harga agregat tiap tahun mengalami kenaikan yang cukup solid.

Tren strong bullish CPO pada 2021, dijelaskan Andrial Saputra disebabkan, potensi produksi global yang melambat akibat kekurangan tenaga kerja di Malaysia, kondisi ekspor yang masih solid akibat beberapa negara melonggarkan kebijakan lockdown, kebijakan pemerintah India yang memotong pajak impor CPO, dorongan persaingan harga minyak kedelai, serta adanya prediksi dari para ahli bullish dunia terkait pergerakan harga CPO yang positif hingga 2022.  

Dalam kesempatan yang sama, Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment INDEF Ahmad Heri Firdaus mengatakan bahwa produk turunan minyak sawit merupakan produk turunan minyak nabati yang paling banyak diminati masyarakat dunia, bahkan jumlahnya mencapai 33 persen terhadap produk minyak nabati dunia.

“Bagi negara-negara kompetitor penghasil minyak nabati di dunia, mereka juga ingin mengunggulkan produk minyak nabati mereka sehingga muncullah adanya perang harga, negative campaign. Padahal nyatanya, banyak industri makanan di Uni Eropa menggunakan minyak sawit sebagai ingredients,” kata Ahmad Heri Firdaus.

Baca Juga: Pengembangan Perkebunan Sawit Jadi Strategi Pembangunan Pedesaan

Dikatakan Ahmad Heri Firdaus, kendati Indonesia merupakan produsen dan eksportir terbesar minyak sawit di dunia, namun banyak mekanisme dan faktor yang menyebabkan Indonesia masih belum bisa menentukan harga CPO dunia. Faktor yang dimaksud diantaranya adanya ketidakpastian pasar bursa, supply dan demand, kebijakan pemerintah, serta lebih banyaknya permintaan CPO dari luar negeri dibandingkan konsumsi domestik sehingga mempengaruhi harga CPO Indonesia.  

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: