Harga BBM Naik, Serikat Nelayan Indonesia Makin Nelangsa: Tambah Penderitaan Nelayan
Kebijakan pemerintah untuk menyesuaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi jenis Solar maupun Pertalite dikeluhkan oleh Serikat Nelayan Indonesia (SNI).
Sekretaris Jenderal Serikat Nelayan Indonesia Budi Laksana mengatakan kabar tersebut menjadi awan kelam bagi para nelayan. Pasalnya, nelayan baru saja keluar dari masalah pandemi Covid-19 kurang lebih dua tahun.
"Nelayan mengalami harga jual ikan yang turun hingga 80 persen akibat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)," ujar Budi dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin (5/9/2022).
Baca Juga: Tolak Kenaikan Harga BBM, 19 Elemen Masyarakat Turun ke Jalan
Budi mengatakan, sejak harga jual ikan mulai stabil dengan ada kenaikan harga dalam delapan bulan, nelayan justru dihadapkan kembali pada masalah kenaikan harga BBM yang menjadi hal yang sangat utama bagi kebutuhan para nelayan saat melakukaan aktivitas penangkapan ikan.
Pasalnya BBM terutama jenis solar adalah 90 persen kebutuhan nelayan di antara kebutuhan lainnya saat nelayan bekerja di laut.
"Solar subsidi, nelayan kecil seperti tidak disubsidi dan nelayan rajungan semakin menderita," ujarnya.
Lanjutnya, walaupun harga BBM sudah resmi mengalami kenaikan, kenyataannya nelayan kecil tidak pernah merasakan harga solar yang sesuai diumumkan oleh pemerintah.
"Kenyataannya harga solar yang dibeli nelayan di setiap daerah rata-rata adalah Rp7.000 hingga Rp8.000 per liternya. Jauh yang dipatok pemerintah dari harga Rp5.150 sebelumnya menjadi Rp6.800. Carut-marutnya tata kelola pendistribusian BBM menjadi kendala para nelayan kecil mengakses BBM bersubsidi," ungkapnya.
Menurutnya, nelayan kecil yang posisinya sudah dijamin berdasarkan UU Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan masih kesulitan dalam mengakses BBM bersubsidi.
"Kartu Usaha Kelautan dan Perikanan (KUSUKA) juga tidak mempunyai dampaknya di lapangan. Kalau beli di SPBU umum saja kita dikenakan biaya cas," ujarnya.
Lebih lanjut, kesulitan akses BBM bagi nelayan juga dirasakan oleh hampir nelayan di setiap daerah. Kesulitan akses BBM membuat para nelayan pada akhirnya harus membeli solar di warung yang harga solarnya relatif lebih tinggi.
"Tidak pernah beli di SPBN tetapi di warung. Kadang yang SPBN-nya sudah habis," ujar Karnen, nelayan asal Kabupaten Cirebon.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: