Narasi Politik Identitas Menyeruak Jelang Pilpres 2024, Ray Rangkuti Tegas: Mulai Ada Kebutuhan untuk Menolaknya
Menjelang gelaran Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, narasi soal politik identitas muncul kembali ke permukaan. Menanggapi hal ini, Direktur Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti ikut buka suara.
Ia mengatakan politik identitas menjadikan pemilihan umum (pemilu) tidak rasional. Menurutnya, poltik identitas juga membuat pemilih dan yang dipilih diikat oleh kesamaan emosional semata.
Baca Juga: Soal Politik Identitas, Pengamat Blak-blakan: Bisa Dilakukan, Tapi...
"Padahal, pemilu dibutuhkan agar ikatan-ikatan rasional lebih diutamakan daripada emosional," ujar Ray kepada GenPI.co, Selasa (6/9/2022).
Ray juga mengatakan pemilih dan yang dipilih seharusnya dipersatukan oleh ide, misi, dan tujuan yang sama. "Bukan oleh identitas yang sama," tuturnya.
Meski demikian, dirinya mengatakan politik identitas bukanlah sesuatu yang haram dilakukan dalam dunia politik.
"Jadi, orang memilih karena kesamaan identitas itu bukanlah sesuatu yang salah," ucapnya.
Akan tetapi, politik identitas menjadi salah jika dijadikan alat yang menyerang pribadi, kehormatan dan identitas seseorang. Dirinya juga bersyukur dengan munculnya isu anti politik identitas yang tengah naik daun.
"Saya telah kampanye anti politik identitas sejak 2017 yang lalu dan sekarang mulai ada kebutuhan untuk menolaknya," kata dia.
Selain itu, Ray juga menilai penggunaan politik identitas tidak bermanfaat lantaran hal tersebut membuat orang yang dipilih tidak akan merealisasikan janji kampanye.
"Mereka tidak perlu repot untuk merealisasikan janji-janji kampanye dan kritisme pemilih akan berkurang selama kesamaan itu dipelihara," ujar Ray Rangkuti.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait: