Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Erick Thohir Dorong Etanol untuk Substitusi BBM, INDEF: Itu Sangat Baik, Mendukung EBT

Erick Thohir Dorong Etanol untuk Substitusi BBM, INDEF: Itu Sangat Baik, Mendukung EBT Kredit Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mendorong bahan bakar yang berasal dari etanol sebagai pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM), mengingat dalam catatan Erick, etanol mampu menghasilkan Research Octane Number (RON) 139.

"Karena etanol itu menghasilkan RON 139 mencapai campuran yang baik untuk kebutuhan BBM kita, sehingga BBM yang digunakan tentu dengan kualitas tinggi," ungkap Erick saat rapat kerja bersama Komisi VI DPR RI, beberapa waktu lalu. 

Upaya tersebut, kata Erick, masuk dalam program Biodiesel 40 (B40) yang dicanangkan pemerintah. Program ini dijalankan oleh Holding Perkebunan Nusantara atau PTPN III, melalui anak usahanya yang bergerak di sektor gula.

Erick mencatat, PTPN III telah menyiapkan lahan tebu seluas 7.000 hektare. Sebagian lahan ini akan digunakan untuk memproduksi etanol. Penggunaan lahan ini pun nantinya diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres). 

"Kenapa tadi PTPN dari 13 menjadi 4 (pemangkasan), salah satunya PTPN Gula itu ditargetkan membuka 700.000 hektare dengan catatan per perpres yg akan keluar sebagiannya untuk etanol," tutur dia

Menanggapi rencana Erick Thohir ini, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Rusli Abdulloh menilai subtitusi etanol menjadi BBM sangat baik dengan memanfaatkan hasil alam yang dimiliki bangsa Indonesia. Selain itu, penggunaan etanol juga bisa mendukung program energi baru terbarukan yang sedang digaungkan Pemerintah.

“Itu sangat baik ya, jadi itu buat renewable energi dan tidak lagi ketergantungan terhadap bahan baku fosil,” kata Rusli saat dihubungi, Senin (12/9).

Rusli mengakui, salah satu bahan baku etanol adalah sawit. Hal ini, kata Rusli jika bahan bakunya dari sawit sangat baik namun harus diatur dengan baik agar tidak terjadi rebutan dengan industri lain.

“Nah kalau sudah dipastikan etanol, satu yang harus dipastikan adalah bahan bakunya apa, kalau misalnya dari sawit ataupun dari jarak, atau yang lainnya, tapi mungkin kalau di Indonesia sawit karena sawit yang paling banyak tapi jangan sampai berebut dengan industri yang sudah ada,” ucapnya.

Menurut Rusli, pembagian bahan baku sawit sejauh ini sudah diatur oleh pemerintah, hingga jika benar bahan baku etanol adalah sawit maka harus dibagi dengan baik, misalkan jika 70 persen sawit untuk industri makan, minyak goreng dana lainnya, maka harus tetap seperti itu dan tinggal bahan baku buat etanol disesuaikan agar tidak terjadi rebutan. 

“Jadi misalnya begini, sekarang misalnya untuk sawit yang sudah ada itu misalnya sisanya yang masih belum diolah paling cuma 30 persen, yaudah ambilnya dari 30 itu porsinya, jangan sampai mengambil dari porsi yang sudah masuk ke industri makanan atau yang lainnya,” jelasnya.

Rusli juga berharap agar dibuatkan peraturan yang jelas terkait kuota dan distribusi bahan baku etanol untuk menghindari persaingan yang tidak sehat. 

“Jadi intinya, di hulunya itu jangan rebutan. Takutnya, gara-gara ada etanol, ini bahan baku berkurang pasokannya harganya mahal hal itu harus dihindari,” tandasnya

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: