Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Think Tank Amerika: Terlepas dari Pengaruh Media China di Asia Tenggara, Publik Masih Skeptis

Think Tank Amerika: Terlepas dari Pengaruh Media China di Asia Tenggara, Publik Masih Skeptis Kredit Foto: Reuters/Paul Yeung
Warta Ekonomi, Beijing -

Terlepas dari upaya pengaruh media Beijing di beberapa bagian Asia Tenggara, publik tetap waspada terhadap narasi negara China, menurut sebuah laporan oleh lembaga think-tank Freedom House yang berbasis di Amerika Serikat.

Laporan Global Media Influence 2022 Beijing, yang dirilis minggu lalu, memeriksa 30 wilayah dalam hal intensitas upaya pengaruh media China dari awal 2019 hingga akhir 2021.

Baca Juga: Menumpuknya Masalah Taiwan Bikin China Tegas Ingatkan Jepang: Jangan Coba-coba Kaburkan Masalah

Malaysia, Indonesia, dan Filipina termasuk di antara 16 wilayah yang intensitas upayanya tinggi atau sangat tinggi.

Laporan tersebut mencatat bahwa kedua duta besar China yang bertugas di Malaysia antara 2019 dan 2021 aktif dalam menerbitkan opini dan berpartisipasi dalam wawancara, menemukan audiensi di berbagai outlet populer dalam bahasa Melayu, China, dan Inggris.

Ia menambahkan bahwa narasi negara China di Malaysia mengikuti "paket propaganda China standar", yang mencakup campuran pembangunan hubungan baik, promosi positif model pemerintahan China dan Partai Komunis China (PKC), serta "kontranaratif terhadap kritik internasional", terutama dari Amerika Serikat.

"Para pejabat China menekankan 'persahabatan' yang berkelanjutan antara Malaysia dan China dan menekankan bahwa inisiatif seperti Inisiatif Sabuk dan Jalan menguntungkan kedua negara," tambahnya.

Ini menyoroti bahwa topik yang biasa dicakup oleh narasi negara China di Malaysia adalah sengketa kedaulatan di Laut China Selatan.

"Kepentingan teritorial China dituangkan dalam retorika 'menjaga perdamaian dan stabilitas' yang menyiratkan bahwa kekuatan asing lainnya berusaha mendominasi ruang ini, dan bahwa Beijing memastikan ketertiban dan keamanan regional," kata laporan itu.

China mengklaim hampir semua Laut China Selatan yang kaya energi, yang dilalui perdagangan kapal senilai sekitar US$3 triliun setiap tahunnya.

Malaysia, Brunei, Filipina, Taiwan dan Vietnam memiliki klaim yang tumpang tindih.

Upaya untuk mendiskreditkan bukti penahanan massal di Xinjiang dan kekejaman lainnya oleh pemerintah China terhadap Uyghur juga biasa terjadi, menurut laporan itu.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: