Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tim Ekspedisi Batanghari Turut Mandi Safar, Tradisi Budaya dari Desa Air Hitam Laut

Tim Ekspedisi Batanghari Turut Mandi Safar, Tradisi Budaya dari Desa Air Hitam Laut Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tim ekspedisi Sungai Batanghari inisiasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang mulai berangkat Agustus lalu dari Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, tiba di Tanjung Jabung Timur, Jambi, Selasa (20/9/2022). 

Tim yang beranggotokan peneliti, akademisi, pegiat budaya, komunitas, dan mahasiswa langsung menuju Pesantren Waii Petu, Desa Air Hitam Laut, Sadu, dan turut dalam tradisi budaya mandi Safar.

Mandi Safar merupakan tradisi masyarakat pesisir laut di Jambi guna membersihkan diri dan terhindar dari bahaya, atau tolak balak. Uniknya, Mandi Safar di Prov Jambi ini dilakukan di pantai dengan air laut bewarna hitam. Adapun warna hitam air laut tersebut terjadi akibat bias warna dari gambut di dasar laut.

Awalnya tradisi Mandi Safar memang hanya dilaksanakan masyarakat di rumah masing-masing. Kemudian diputuskan dilakukan secara serentak menjadi pesta budaya guna menyambung silaturahmi dan menjadi destinasi wisata.

Sekretaris Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Safril mengatakan, di daerah Air Hitam Laut amat banyak budaya dapat dinikmati dan pesona alam layak dikunjungi sehingga memang sepatutnya menjadi destinasi wisata. 

“Seperti mandi Safar itu murni budaya rutin tahunan. Dilakukan di setiap Hari Rabu di minggu akhir bulan Safar, bermakna yakni untuk mengingat masa lalu, memperbaiki diri ke depannya, hingga menolak bala. Selain itu juga sebagai tradisi mengingatkan kepada kondisi lingkungan,” ujar Safril, Rabu (21/9/2022).

Oleh sebab itu, Safril menuturkan, momentum Kenduri Swarnabhumi yang  sedang diselenggarakan pemerintah daerah setempat sepanjang aliran Sungai Batanghari harus menjadi semangat baru untuk semua pihak bersama-sama menjaga lingkungan.

“Dengan begitu kita akan menghormati para leluhur yang telah menurunkan tradisi peradaban kebudayaan hasil hubungan manusia dengan alam sehingga terbentuk seperti saat ini,” ucap Safril.

Ketua Adat Desa Air Laut Hitam dan Pondok Pesantren Wali Setu KH As’ad Arsyad menceritakan, dulunya tradisi Mandi Safar di Desa Air Hitam Laut hanya terlaksana di masing-masing rumah warga saja. Menjelang Rabu bulan Safar dalam kalendar Islam. 

Arsyad menjabarkan, sudah dikabari ke warga bahwa akan dilaksanakan mandi Safar.

“Masing-masing warga membersihkan diri dengan menyelupkan doa yang ditulis kertas ke dalam bak mandi,” imbuh Arsyad.

Kendati begitu kebiasaan Mandi Safar di rumah pun berubah menjadi mencerbukan diri ke Air Hitam Laut warga mengusulkan kepada Kepala Desa agar dilakukan perubahan cara sekaligus menjadi ajang tamasya bersama.

“Mandi Safar ini bagaikan Lebaran. Maraknya sudah hampir sama dengan Idul Fitri. Jadi masing-masing warga memasak ketupat, opor ayam, ayam bakar, dan lainnya lalu dibawa ke tradisi mandi Safar,” tukas Arsyad.

Dalam kedatangan ke Pesantren Wali Petu, tim Ekspedisi Sungai Batanghari melihat secara langsung para santri menuliskan doa-doa di daun yang akan digunakan untuk mandi Safar. 

Biasanya, nantinya akan dicelupkan ke air lalu dipercikkan kepada pemimpin mereka dengan doa dan bersyukur sebagai tradisi menolak bala.

Ekspedisi Sungai Batanghari mengusung narasi menghubungkan kembali masyarakat dengan lingkungan sungai. Tim ekspedisi Menyusur sungai, merekat ketersambungan warisan budaya Indonesia menjadi bagian dari rangkaian Kenduri Swarnabhumi 2022.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: