Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gak Nyangka! Mark Zuckerberg dan Istri Diduga Lakukan Penyimpangan Pada Pemilu 2020 Lalu

Gak Nyangka! Mark Zuckerberg dan Istri Diduga Lakukan Penyimpangan Pada Pemilu 2020 Lalu Kredit Foto: Reuters/Stephen Lam
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pendiri Facebook, Mark Zuckerberg bersama sang istri dituduh melakukan penyimpangan terkait kegiatan seputar pemilihan 2020. Zuckerberg dan ketiga kelompok lainnya dituduh oleh Center for Renewing America (CRA) terlibat dalam skema untuk menyuntikkan hampir USD500 juta (Rp7,5 triliun) ke dalam pemilihan 2020 untuk "melemparkannya" kepada Presiden Biden.

Biden akhirnya mengalahkan mantan Presiden Donald Trump, memenangkan negara bagian kunci Arizona, Georgia, Michigan, Pennsylvania, dan Wisconsin.

Adapun ketiga kelompok itu adalah Center for Tech and Civic Life (CTCL), Center for Election Innovation and Research (CEIR) dan National Vote di Home Institute (NVAHI). Zuckerberg dan istri bersama ketiga kelompok ini dilaporkan ke Internal Revenue Service (IRS).

Baca Juga: Bersiap Hadapi Resesi, Mark Zuckerberg Lakukan Perampingan Karyawan

CRA mengungkap Zuckerberg mempekerjakan mantan manajer kampanye Obama, David Plouffe untuk mempelopori upaya tersebut. Plouffe diduga menyalurkan sebagian besar hibah seratus juta dolar dari pasangan itu ke yurisdiksi yang condong ke Demokrat di negara bagian yang berayun melalui tiga kelompok hak suara bebas pajak menjelang pemilihan November 2020.

CRA mencatat bahwa undang-undang federal melarang individu memberikan sumbangan yang dimaksudkan untuk secara tidak sah membantu satu partai politik di atas yang lain.

Keluhan tersebut mengatakan IRS harus menolak pembebasan pajak penghasilan pribadi yang dikumpulkan oleh Zuckerberg dan Chan atas sumbangan mereka ke CTCL, CEIR, dan NVAHI selama siklus pemilihan 2020. CRA juga meminta agar IRS menghentikan pembebasan pajak dari ketiga kelompok tersebut.

CRA adalah kelompok kebijakan konservatif yang dipimpin oleh mantan pejabat senior administrasi Trump, Russ Vought. Misi organisasi adalah untuk "memperbarui konsensus Amerika sebagai bangsa di bawah Tuhan dengan kepentingan unik yang layak dipertahankan."

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: