Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Demi Capai Transisi Energi, Indonesia Harus Bekerja Sama dengan Dunia Internasional

Demi Capai Transisi Energi, Indonesia Harus Bekerja Sama dengan Dunia Internasional Kredit Foto: PLN
Warta Ekonomi, Jakarta -

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Rachmat Kaimuddin menyebut untuk dapat mencapai transisi energi sesuai dengan yang diharapkan oleh pemerintah tidaklah bisa dilakukan sendiri.

Menurutnya, untuk dapat mencapai hal tersebut diperlukan dukungan dari dunia internasional dalam mencapai net zero emission (NZE) pada tahun 2060.

"Jadi disampaikan yang pertama kita punya harus bekerja sama dengan dunia internasional," ujar Rahmat dalam konfrensi pers virtual, Selasa (27/9/2022).

Baca Juga: Menuju Transisi Energi, KAI Pasang Solar Panel di Stasiun dan Perkantoran

Rahmat mengatakan, jika berbicara tentang emisi dan transisi energi biasanya negara maju yang dulu berhasil membuat ekonominya maju sehingga tentunya membutuhkan banyak energi sampai sekarang.

"Dan historikal emisinya juga lebih tinggi, jadi secara filofosofis secara etis mereka diharapkan menjadi lokomotifnya, jadi nanti teknologi awal itu mereka yang drive download cost-nya ke depan," ujarnya. 

Sementara itu, untuk Indonesia sendiri sebenarnya juga punya tanggung jawab dalam belajar dan mengadopsi hal tersebut serta mencari tahu dan pro aktif untuk melihat solusi apa yang sesuai dengan Indonesia sendiri.

Begitu pula dari sisi masyarakat juga harus tahu dari sisi penggunaan energi bagaimana caranya. Rahmat menilai peran yang pas untuk dapat mengurangi emisi terdapat tiga garis besar selain power generation yang biasanya dilakukan oleh negara ataupun perusahaan besar. 

"Itu ada industri yang biasanya juga perusahaan besar seperti pabrik semen, pabrik baja dan sebagainya itu tentunya kalau bisa dipikirkan cara-caranya dibuat ke energi yang rendah karbon, dielektrifikasi misalnya, atau bagaimana caranya pegawainya juga diajarkan," ungkapnya. 

Kemudian, dari sisi transportasi tentunya ke depan diharapkan adopsi kendaraan listrik juga makin baik, dan tugas pemerintah untuk mendorong dan saat ini ada, tapi pilihannya belum banyak.

"Harganya mungkin lebih mahal, nanti kita akan lebih dorong lagi supaya pilihannya lebih baik dan harganya kalau bisa lebih kompetitif dengan energi fosil, tapi apa yang bisa dilakukan masyarakat ya gaya hidup mungkin, kalau di Jakarta misalnya sekarang sudah ada MRT dan sebagainya, ada kendaraan umum, kita bisa sekaligus juga kalau punya rezeki lebih bisa juga mempertimbangkan menggunakan kendaraan listrik, di mana market itu akan tumbuh kalau demand-nya ada," ucapnya. 

Selain itu, juga bisa dilihat dari pembangunan di perumahan atau bisa dikatakan peralatan yang ada di rumah seperti penggunaan barang elektronik dengan konsumsi listrik yang rendah. 

"Hal kecil yang salah satu contonya makan listrik banyak adalah AC di mana AC itu sebenarnya ada yang hemat listrik dan tidak jadi kalau nanti kita semua mau beli AC atau mau beli dispenser, kulkas dan sebagainya itu lihat yang energy rate-nya baik, kemudian kalau misalnya ada kesempatan gunakan kompor listrik itu juga bisa menghemat," ujar Rahmat.

"Jadi banyak banget kerjaanya jadi karena kita sudah terbiasa menggunakan energi yang beremisi selama ratusan tahun ya ini tentunya harus sama-sama kita tahu bagaimana dampaknya," imbuhnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: