Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bila Kader Utama Tak Diusung, Suara Tiga Partai Besar Ini Dipastikan Terjun Bebas

Bila Kader Utama Tak Diusung, Suara Tiga Partai Besar Ini Dipastikan Terjun Bebas Kredit Foto: Antara/Septianda Perdana

Bagian terbesar dari mereka meyakini suara Partai Golkar akan semakin anjlok jika Airlangga tak maju capres atau memberikan tiket capres Partai Golkar kepada tokoh di luar partainya.

"Dan bagian terbesar dari mereka atau 42,5 persen responden mengkhawatirkan jika ketua umum atau tokoh sentral partainya tidak ikut nyapres perolehan suara partai mereka pada Pemilu 2024 nanti bakal anjlok," terangnya.

Baca Juga: Jelang Pilpres 2024, Presiden Jokowi Terang-terangan Beri Panggung ke Prabowo Subianto

Sebagai informasi, perolehan suara Partai Golkar terus merosot ketika partai berlogo pohon beringin itu tidak memajukan tokoh sentralnya sebagai capres. Pada Pilpres 2004, Partai Golkar mengusung pemenang Konvensi Capres Golkar (Wiranto). 

Meskipun akhirnya Wiranto kalah namun pencapresan Wiranto telah memberi “efek ekor jas” bagi kemenangan Partai Golkar pada Pemilu 2004 dengan 21,57 persen.

Fetra memaparkan pada Pilpres 2009 Partai Golkar kembali mengusung tokoh sentralnya (Jusuf Kalla) sebagai capres. Mereka kembali dikalahkan Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY), namun Partai Golkar masih mampu bertahan di posisi dua besar dengan suara 14,45 persen.

Kemudian, lanjut dia, pada Pilpres 2014 Partai Golkar kembali mengusung JK sebagai cawapres sehingga di pemilu legislatif (Pileg) masih sanggup bertahan di posisi dua besar. Namun pada Pemilu 2019 untuk pertama kalinya Partai Golkar terperosok di posisi ketiga (12,57 persen) karena tidak ada tokoh sentralnya yang ikut berkontestasi di Pilpres.

Baca Juga: Sebut Pesaing Puan Maharani dalam Pilpres 2024 Bakal Dibui, Junimart ke Andi Arief: Salah Minum Obat

Contoh lain adalah Partai Demokrat yang absen dalam kontestasi Pilpres 2014 dan 2019. Pada Pemilu 2014 suara partai berlogo tiga berlian itu terjun bebas menjadi 10,90 persen, padahal pada Pemilu 2009 menjadi pemenang dan meraih 20,85 perssn suara.

"Pada Pemilu 2019 perolehan suara Partai Demokrat semakin terpuruk menjadi 7,77 persen saja. Hal itu karena tak ada tokoh sentral partai tersebut yang maju dalam kontestasi Pilpres 2019," jelasnya.

Ketika Prabowo menjadi cawapres, ia mengatakan Partai Gerindra baru memperoleh 4,46 persen. Lantas pada Pemilu 2014 saat Prabowo maju sebagai capres suara Partai Gerindra melejit menjadi 11,81 persen. Begitu pula ketika pada Pemilu 2019 Prabowo maju lagi sebagai capres.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty

Bagikan Artikel: