Gawat! Kalau AHY Nggak Ikut Nyapres, LSJ Sebut Demokrat Bakal Makin Terperosok: Hal yang Sama Bisa Terjadi di PDIP
Elektabilitas Partai Demokrat disebut bisa terjun bebas apabila sang Ketua Umum (Ketum) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tidak ikut berlaga dalam ajang pemilihan presiden (pilpres) 2024. Hal yang sama juga akan terjadi pada Partai Golkar dan PDIP.
Hal ini diungkap berdasarkan hasil survei Lembaga Survei Jakarta (LSJ) yang menyebut perolehan suara partai-partai besar akan semakin menurun jika para pemimpinnya tidak mengajukan diri di pilpres mendatang.
Baca Juga: AHY Blunder dan Bunuh Diri Politik Serang Infrastruktur Jokowi
"Partai Golkar dan Partai Demokrat akan terjun bebas jika Airlangga Hartarto dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tidak ikut nyapres. Hal yang sama bisa terjadi juga pada PDI Perjuangan," kata Peneliti Senior LSJ, Fetra Ardianto dalam siaran daring pada Selasa (27/9/2022).
Menurut Fetra, berdasarkan hasil survei yang dilakukan LSJ dapat disimpulkan bahwa para calon pemilih atau konstituen partai-partai besar mengharapkan ketua umum atau tokoh sentral partainya ikut nyapres dalam pemilihan umum (Pemilu) 2024. Misalnya saja survei yang dilakukan pada koresponden partai Golkar, hasil survei menyebutkan bahwa lebih dari 68 persen calon pemilih Partai Golkar mengharapkan Airlangga Hartarto ikut nyapres.
"Bagian terbesar dari mereka meyakini suara Partai Golkar akan semakin anjlok jika Airlangga tak ikut nyapres atau memberikan tiket capres Partai Golkar kepada tokoh di luar partainya," ujar Fetra.
Ketika LSJ menanyakan alasannya kepada responden yang mengaku akan memilih keempat partai besar tersebut, bagian terbesar dari mereka atau 42,5 persen responden mengkhawatirkan jika ketua umum atau tokoh sentral partainya tidak ikut nyapres perolehan suara partai mereka pada Pemilu 2024 nanti bakal anjlok.
Berangkat dari pengalaman perolehan suara Partai Golkar yang terus merosot ketika mereka tidak memajukan tokoh sentralnya sebagai capres pada Pilpres 2004 lalu. Partai berlogo pohon beringin itu memilih mengusung pemenang Konvensi Capres Golkar Wiranto.
Baca Juga: Serang Presiden Jokowi Tanpa Data Akurat, Pengamat Ingatkan Langkah AHY
Meskipun akhirnya Wiranto kalah namun pencapresan Wiranto telah memberi "efek ekor jas" bagi kemenangan Partai Golkar pada Pemilu 2004 dengan 21,57 persen.
Pada Pilpres 2009, Partai Golkar kembali mengusung tokoh sentralnya Jusuf Kalla sebagai capres. Mereka kembali dikalahkan Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY), namun Partai Golkar masih mampu bertahan di posisi dua besar dengan suara 14,45 persen.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait: