Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Biaya Hidup Melejit, Pendapatan Merosot, Rakyat Inggris Terpaksa Lakukan Pekerjaan...

Biaya Hidup Melejit, Pendapatan Merosot, Rakyat Inggris Terpaksa Lakukan Pekerjaan... Kredit Foto: Reuters/Kevin Coombs
Warta Ekonomi, London -

Jude Harford lebih memilih tidak memiliki pekerjaan sampingan karena dia memiliki anak kecil. Namun, biaya hidup yang melambung membuat dia merasa tidak punya pilihan.

"Sekarang, semuanya sangat mahal," kata ibu dua anak dari Poole, sebuah kota pesisir di Dorset, Inggris. "Kami membutuhkan uang tambahan."

Baca Juga: Ditinggal Ratu Elizabeth II, Pakar: Anak-anak di Inggris Datang ke Sekolah Kelaparan dan Kedinginan

Penelitian yang dilihat oleh BBC menunjukkan jutaan orang juga terpaksa mengambil pekerjaan sampingan karena biaya hidup semakin meningkat.

Laporan dari Royal London itu melibatkan 4.000 orang dewasa Inggris dalam surveinya.

Harford, yang merupakan perawat paruh waktu, mengambil pekerjaan kedua di sebuah perusahaan energi pada April lalu, demi meningkatkan pendapatannya.

"Mengambil pekerjaan tambahan itu memiliki sisi yang bertolak belakang," katanya. "Itu bisa memastikan kami memiliki kualitas hidup yang layak sekarang, untuk perencanaan masa depan, dan untuk keamanan finansial kami."

Pekerjaannya di perusahaan energi menghasilkan jumlah uang yang lebih banyak dibandingkan ketika dia menjadi perawat. Jam kerjanya juga lebih fleksibel, yang berarti dia bisa menjemput anak-anaknya, yang berusia 10 dan 14 tahun, sepulang sekolah. Namun, dia masih berharap dia tidak harus melakukannya.

"Saya merasa tidak punya pilihan," katanya. "Kalau saja saya tidak stres karena harus melakukan pekerjaan sampingan, saya bisa lebih dekat dengan anak-anak. Itu hal yang sangat penting untuk dilakukan ketika mereka masih muda.

Harford bukanlah satu-satunya orang yang harus mengalami hal itu, menurut penelitian yang dilakukan oleh perusahaan asuransi Royal London.

Penelitian itu menemukan 16% pekerja yang mereka survei telah mengambil pekerjaan sampingan untuk membantu menutupi kenaikan biaya hidup. Jika benar hal itu terjadi di seluruh Inggris, jumlahnya bisa mencapai 5,2 juta orang.

Lebih lanjut, 30% orang yang ditanya mengatakan mereka perlu mengambil pekerjaan tambahan, jika harga-harga terus naik.

Angka yang disajikan Royal London lebih tinggi dari data resmi Kantor Statistik Nasional (ONS), yang menunjukkan sekitar 1,2 juta pekerja Inggris memiliki pekerjaan kedua. Namun, angka dari ONS itu juga menunjukkan bahwa jumlah tersebut mengalami peningkatan selama dua tahun terakhir.

Laju kenaikan biaya hidup kali ini adalah yang tercepat dalam hampir 40 tahun terakhir. Sebagian besar disebabkan oleh kenaikan harga makanan dan energi.

Kenaikan harga-harga menggerus anggaran rumah tangga, dengan tingkat kenaikan harga melebihi upah.

Survei Royal London menunjukkan bahwa satu pekerjaan tidak cukup, bagi jutaan pekerja, karena harga-harga terus melonjak.

Namun, durasi kerja yang lebih lama bukanlah pilihan yang realistis bagi banyak karyawan di Inggris. Lebih dari seperempat (28%) karyawan penuh waktu sudah bekerja lebih dari 48 jam seminggu, menurut penelitian.

Sementara itu, seperlima responden mengatakan mereka bekerja lebih dari 56 jam setiap minggu.

Meskipun bekerja berjam-jam atau banyak pekerjaan, banyak orang masih merasa sulit untuk menghasilkan jumlah uang yang cukup untuk menutupi tagihan.

Hampir sepertiga (31%) responden bahkan harus mengeluarkan uang yang tidak mereka miliki, meminjam atau menggunakan fitur cerukan bank (penarikan dana melebihi jumlah saldo dalam rekening, biasanya untuk rekening giro, bukan tabungan), kata penelitian tersebut.

Musim dingin yang sulit

"Kami tahu banyak rumah tangga mulai menekan pengeluaran mereka sejak enam bulan lalu karena harga-harga mulai naik. Dengan tagihan yang terus naik, ini bisa menjadi musim dingin yang sangat sulit ke depannya," kata Sarah Pennells, spesialis keuangan konsumen di Royal London.

"Sementara banyak yang terpaksa melakukan penyesuaian pengeluaran yang signifikan, meskipun bekerja sepanjang waktu. Itu tidak bisa menghindari mereka dari stres atau situasi tidak menyenangkan.

Pemerintah membatasi kenaikan tagihan energi untuk semua rumah tangga selama dua tahun karena Perdana Menteri Liz Truss mencoba mencegah krisis semakin meluas.

Tagihan energi rumah tangga biasa akan dibatasi pada 2.500 (sekitar Rp41 juta) per tahun hingga 2024, meskipun tagihan akan bervariasi, sesuai dengan berapa banyak gas dan listrik yang digunakan.

Namun terlepas dari ini, banyak orang masih mengkhawatirkan keuangan mereka, kata Pennells.

"Meskipun pengumuman pembekuan harga energi pemerintah akan membuat sedikit lega, peningkatan biaya hidup secara keseluruhan sangat mengkhawatirkan, dengan hanya satu dari 10 orang dewasa yang yakin mereka akan mampu mengatasinya secara finansial," katanya.

Kenaikan biaya hidup tidak hanya berdampak pada keuangan. Menurut survei, lebih dari tiga perlima (64%) orang dewasa mengatakan mereka kewalahan.

Meski demikian, hampir tiga perempat (72%) orang dewasa di Inggris tidak meminta bantuan siapa pun untuk mengatasi krisis biaya hidup.

Royal London menyarankan untuk menghubungi penyedia energi jika warga merasa kesulitan untuk membayar tagihan energi.

Badan amal kemiskinan nasional Turn2us mendesak orang-orang yang khawatir dengan keuangannya untuk mencari bantuan sesegera mungkin.

Badan amal juga merekomendasikan untuk berbicara dengan lembaga-lembaga spesialis perutangan untuk mendapatkan bantuan, di tengah utang yang semakin meningkat.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: