Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Banyak Kerusakan di Masyarakat Gegara Dua Edisi Pilpres Terakhir, Pengamat Dorong Lebih dari 2 Paslon di 2024: Minimal 3!

Banyak Kerusakan di Masyarakat Gegara Dua Edisi Pilpres Terakhir, Pengamat Dorong Lebih dari 2 Paslon di 2024: Minimal 3! Pendukung pasangan capres dan cawapres nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno mengikuti kampanye akbar di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (7/4/2019). | Kredit Foto: Antara/Zarqoni Maksum
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kontestasi Pilpres 2024 menjadi perhatian publik semenjak saat ini. Mengenai hal ini, Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago menyarankan ada lebih dari dua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden pada Pemilu 2024.

"Masyarakat pada tahap election untuk memilih, mereka punya banyak alternatif, punya banyak menu varian yang disajikan," ujarnya di Jakarta, Kamis (29/9/2022).

Dia menegaskan dua pasang calon presiden (capres) dapat merusak tenun dan politik kebangsaan.

"Saya merasakan kerusakan pada dua periode pilpres sebelumnya sehingga minimal harus ada tiga sampai empat poros untuk mencegah politik identitas, polarisasi dan keterbelahan. Itu kan niat baik," paparnya.

Baca Juga: Yang Nggak Suka Mas Anies Baswedan Mohon Jangan Kelojotan! Soal Tabloid, Bawaslu: Tidak Memenuhi Syarat!

Selain itu, hasil survei Voxpol terbaru juga menyebutkan sekitar 40,6 persen responden menginginkan harus ada lebih dari dua calon presiden pada Pemilu 2024.

Alasan responden adalah untuk mendapatkan pemimpin alternatif. Alasan lainnya terdapat 31 persen responden yang beralasan agar tidak terjadi konflik sosial dan perpecahan di masyarakat.

Pangi menjelaskan makin banyak pasangan calon presiden maka alternatif dan varian pemimpin yang ditawarkan kepada masyarakat makin banyak.

Baca Juga: Masa Jabatan Hampir Beres, Mas Anies Baswedan 'Nyambi' Jadi Supir Angkot Nganterin Emak-emak Belanja ke Pasar: Pak Anies Ya?

"Wajar kemudian pemilih milenial, yang anak muda, mereka bosan dan jenuh, apalagi calon presiden wajah lama. Partisipasi mereka bisa turun," tuturnya. (antara)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Bayu Muhardianto

Bagikan Artikel: