Kemajuan teknologi informasi dirasakan semua kelompok usia. Namun, sekarang ini tercipta gap pemahaman antara orang tua dan anak-anaknya.
Anak-anak digital native atau generasi yang sudah terpapar teknologi begitu lahir lebih piawai dan terbiasa menggunakan gadget dalam keseharian. Sebaliknya, orang tua merupakan digital imigran dan kerap menganggap gadget hanya dipakai untuk bermain saja.
Baca Juga: Potensi Kolaborasi di Ruang Digital Memerlukan Aturan Etika dalam Berelasi
"Terkadang ketika anak memegang HP, itu dikira main game atau main apa saja, tidak belajar. Padahal, anak tersebut belajar," kata Dosen Ilmu Komunikasi dan Sekretaris PWI Jatim, Dr. Cand. Drs. Eko Pamuji, M.I.Kom, saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok masyarakat di wilayah Kabupaten Kediri, Jawa Timur, pada Kamis (29/9/2022), dikutip dari siaran pers yang diterima di Jakarta.
Orang tua, lanjut dia, harus memahami bahwa situasi sekarang berbeda. Anak-anak sudah eranya seperti itu. Mereka belajar pun menggunakan handphone (HP). Sebab, interaksi di sekolah juga dilakukan secara digital, pengerjaan tugas, dan termasuk berkomunikasi dengan guru.
Sekarang ini orang tua punya peran sebagai pendamping. Ketika menggunakan gadget untuk belajar, anak harus benar-benar melakukannya secara fokus. Jangan dipakai untuk melakukan hal lain, seperti bermain game atau berselancar di media sosial.
"Kita memang harus fokus. Misal mau belajar matematika atau IPA, kita harus fokus. HP ini adalah alat, teknologi diginal adalah support-nya. Kita maksimalkan teknologi ini untuk membantu. Kita harus merasa terbantu karena teknologi ini," kata Eko.
Pengguna internet di Indonesia pada tahun 2021 mengalami peningkatan. We Are Social mencatat kini pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta pengguna dengan 170 juta penggunanya menggunakan media sosial.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum