Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Anies Gabung Pemuda Pancasila, Ferdinand Sebut Lelucon Paling Epic hingga Singgung Politik Bunglon

Anies Gabung Pemuda Pancasila, Ferdinand Sebut Lelucon Paling Epic hingga Singgung Politik Bunglon Kredit Foto: Andi Hidayat
Warta Ekonomi, Jakarta -

Politikus Ferdinand Hutahean ikut menyoroti keputusan Anies Baswedan bergabung dengan Pemuda Pancasila. Ferdinand menilai, itu sangat berbahaya bagi perpolitikan di Indonesia.

"Bergabungnya Anies Baswedan dengan Pemuda Pancasila ini adalah sebuah lawakan paling epic. Lelucon paling epic di abad ini, di tahun 2022 ini juga sekaligus," ujar Ferdinand kepada fajar.co.id (2/10/2022).

Bukan tanpa alasan, Ferdinand mengaku Gubernur DKI Jakarta itu mencoba diri menjadi bunglon. 

Baca Juga: Warganet Sibuk Soroti Manuver Firli Bahuri Jerat Anies Baswedan, Kader Demokrat Langsung Singgung SBY

"Kalau seperti kadal kan, kadal tidak seperti bunglon bisa menyesuaikan diri merubah warna," tambahnya.

Lebih tepatnya, kata Ferdinand. Anies mencontek ilmu bunglon. Karena bunglon bisa menyesuaikan diri ketia dia di tempat hijau dia berwarna hijau, ketika di tempat cokelat dia berwarna cokelat, menyesuaikan diri warnanya.

"Nah saya melihat, Anies Baswedan sedang meniru triknya bunglon. Dia masuk di Pancasila seolah-olah dia menjadi Pancasilais, nanti dia diundang HTI lagi," lanjutnya.

"Dia mendukung HTI, nanti diundang kelompok-kelompok radikal dia ikut di sana, dengan bersuara-bersuara sama seperti yang disuarakan oleh kelompok-kelompok radikal yang justru tidak pernah menginginkan intoleransi dan menghargai kelompok-kelompok lain," sambung Ferdinand.

Ferdinand sedikit kembali pada Pilkada 2017. Saat itu, Anies didukung oleh kelompok-kelompok yang tidak pernah suka dengan toleransi. 

"Jadi saya pikir Anies ini sedang menerapkan ilmu bunglon, dia masuk di Pemuda Pancasila, seolah-olah Pancasilais nanti  diundang HTI, dia mendukung Khilafah. Dia diundang FPI, dia mendukung Intoleransi, yang penting mendapat jabatan," tuturnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: