Devisa Sawit terdiri atas devisa ekspor dan devisa subsitusi impor. Melansir laporan PASPI, yang dimaksud devisa ekspor yakni devisa hasil neto ekspor minyak sawit serta produk turunannya. Sedangkan devisa subsitusi impor ialah penghematan devisa akibat subsitusi solar fosil impor dengan biodiesel sawit domestik.
Baca Juga: Buka Pekan Riset Sawit Indonesia, Komitmen BPDPKS Bukan Main, Ratusan Kegiatan Penelitian Didanai!
Devisa sawit dari ekspor produk sawit dan turunannya mempengaruhi neraca perdagangan melalui neraca perdagangan non-migas. Sedangkan devisa subsitusi impor mempengaruhi neraca perdagangan melalui neraca perdagangan migas.
Berdasarkan data PASPI diketahui, kontribusi devisa ekspor produk sawit pada neraca perdagangan meningkat dari USD 23 miliar tahun 2020 menjadi USD 36,2 miliar tahun 2021. Demikian juga dengan devisa sawit dari Subsitusi Impor akibat penghematan solar fosil impor yang mengalami peningkatan dari sekitar USD 3,3 miliar menjadi sekitar USD 4,9 miliar pada periode tersebut. Dengan demikian, total devisa sawit yang dihasilkan mencapai USD 26,2 miliar pada tahun 2020 dan meningkat menjadi USD 41,2 miliar pada tahun 2021.
Baca Juga: Ciptakan Pertumbuhan dan Pemerataan, Pemerintah Dorong Model Kemitraan Petani Sawit dan Perusahaan
“Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi industri sawit dalam menyehatkan neraca perdagangan sehingga dapat secara signifikan menambah cadangan devisa dengan nilai yang sangat besar. Selain memperkuat daya tahan perekonomian dalam menghadapi resesi, surplus perdagangan tersebut juga diperlukan agar perekonomian dapat tetap bertumbuh di tengah meningkatnya risiko global,” catat laporan PASPI.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Aldi Ginastiar