Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sri Mulyani: Kekacauan dari Sisi Ekonomi Timbulkan Dampak ke Politik Negara, Inggris Contohnya!

Sri Mulyani: Kekacauan dari Sisi Ekonomi Timbulkan Dampak ke Politik Negara, Inggris Contohnya! Sri Mulyani saat ditemui awak media setelah acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Tahun 2022, di Aula Dhanapala Kementerian Keuangan, Kamis (22/9/2022). | Kredit Foto: Martyasari Rizky
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, turmoil atau kekacauan yang terjadi baik dari sisi ekonomi dan keuangan telah menimbulkan dampak pada politik di dalam sebuah negara. Sebagai contoh apa yang terjadi pada politik negara Inggris saat ini: Perdana Menteri Inggris Liz Truss mengundurkan diri karena dianggap tidak becus dalam menangani perekonomian.

"Kita semuanya mengikuti politik di Inggris, di mana dari mulai Menteri Keuangannya, kemudian diganti, dan sekarang Perdana Menterinya turun. Ini menggambarkan bahwa turmoil yang terjadi, baik dari sisi ekonomi dan keuangan telah menimbulkan juga imbasnya pada politik," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Oktober 2022, Jumat (21/10/2022).

Baca Juga: Terus Surplus, Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Masih Diproyeksikan Baik

Sama halnya dengan negara lain di dunia, Sri Mulyani mengatakan, saat ini Inggris juga tengah menghadapi masalah inflasi yang tinggi. Baru saja dipublikasikan, inflasi Inggris saat ini telah menembus angka di atas 10%, yaitu 10,1%. "Masih diperkirakan akan bertahan di level tinggi ini untuk beberapa saat," imbuhnya.

Menurutnya, faktor risiko sekarang beralih dari pandemi kepada risiko di bidang ekonomi dan keuangan, terutama dengan lingkungan global yang makin bergejolak. 

Sri Mulyani mengatakan, di sisi komoditas harga dari komoditas-komoditas utama dunia yang sangat memengaruhi kesehatan ekonomi di berbagai negara masih relatif dalam posisi tinggi, tetapi volatilitasnya juga sangat tinggi.

"Poinnya adalah bahwa harga komoditas ini masih sangat tidak pasti. Cenderung tinggi karena memang faktor yang memengaruhinya, yaitu 'gepolitik' seperti terjadinya perang yang mengganggu sisi pasokan, dan mengganggu sisi distribusi. Hal ini cenderung membuat harga dari komoditas (utama) menjadi tinggi dan mudah sekali bergejolak," jelasnya.

Baca Juga: Indonesia Jadi Kekuatan Syariah, Pemerintah Siap Wujudkan Kemandirian Ekonomi Pesantren

"Ini adalah kondisi yang dihadapi seluruh negara, baik negara maju, negara emerging, maupun negara developing," imbuh sang bendahara negara. 

Dengan terjadinya inflasi yang tinggi dan harga-harga yang cenderung tinggi serta bergejolak, respons kebijakan moneter juga mencoba untuk menstabilkan harga. Oleh karenanya, bank sentral dari banyak negara menaikkan suku bunga dan mengetatkan likuiditas untuk meredam inflasi yang terjadi di negaranya. 

"Nah kalau ini dilakukan oleh Amerika Serikat pasti akan memberikan dampak kepada seluruh dunia," ucapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Martyasari Rizky
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: