Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gagal Ginjal Akut Misterius Picu 133 Kematian dari 241 Kasus, Menkes: Terkonfirmasi Disebabkan oleh Senyawa Kimia

Gagal Ginjal Akut Misterius Picu 133 Kematian dari 241 Kasus, Menkes: Terkonfirmasi Disebabkan oleh Senyawa Kimia Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mendengarkan pandangan anggota DPR saat mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (24/11/2021). RDP tersebut membahas permasalahan data dalam rangka sinkronisasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dan data peserta Penerima Bantuan luran (PBI). | Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja

"Yang membuat kami agak terbuka adalah karena ada kasus di Gambia, 5 Oktober WHO keluarkan rilis ada kasus, dan ini disebabkan oleh senyawa kimia," terang Budi.

Kemenkes juga melakukan penelitian dan menunjukkan kejadian ini banyak menyerang terutama balita di bawah lima tahun. Gejala klinisnya demam, hilang nafsu makan, malaise atau rasa tidak enak, mual, muntah, diare, nyeri bagian perut, dehidrasi, dan pendarahan. Selain itu, 29 persen pasien yang dilaporkan memiliki gejala anuria atau ginjal tidak memproduksi urine.

Baca Juga: Soal Kasus Gagal Ginjal Akut, PT Konimex Buka Suara

Dengan adanya peningkatan kematian yang signifikan dalam waktu dekat, Kemenkes menganggapnya sebagai kejadian yang abnormal. Normalnya, kematian pada kasus AKI tidak melonjak tinggi dalam waktu cepat di 22 Provinsi.

"Kami sudah identifikasi telah dilaporkan adanya 241 (kasus) di 22 provinsi," kata Budi.

"Jadi meninggal karena AKI selalu terjadi cuma jumlahnya kecilnya, enggak pernah tinggi. Kami melihat ada lonjakan di Agustus naik sekitar 36 kasus. Sehingga, begitu ada kenaikan, kami mulai melakukan penelitian ini penyebabnya apa," sambung dia.

Baca Juga: Terbaru, Delapan Anak Terkena Gagal Ginjal Akut Kata Sudin Kesehatan Jakbar

Inspektur Utama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) Elin Herlina, Apt, MP mengatakan, perihal penggunaan bahan baku obat, pihaknya selalu mendata saat pihak farmasi melakukan registrasi. Termasuk saat pihak farmasi akan mengubah jenis bahan baku yang dipakai.

"Untuk penggunaan bahan baku saat registrasi kami lakukan pendataan darimana aja dapat bahan baku. Makanya saat Gambia merebak kami cek data apakah ada bahan baku dari India tersebut. Ke depannya kami akan lebih insentif terkait pemasukan bahan baku," terangnya. 

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: