Kritikus Faizal Assegaf menilai pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menghadiri HUT Partai Golkar diduga sebagai sindiran kepada Nasdem karena telah mengumumkan bakal calon presiden.
Dia menyebutkan, pernyataan tersebut bisa dianggap sindiran yang dapat diartikan sebagai teror politik jelang pemilihan presiden (pilpres).
Pria yang memang dikenal kerap mengkritisi Jokowi ini, menyebut tindakan Jokowi sebagai kepala negara mencirikan rezim yang otoriter. Baca Juga: Pengamat Nilai Pertemuan Anies dan Jokowi untuk Meningkatkan Elektabilitas
“Sindiran Jokowi ke Surya Paloh di acara Golkar 'Jangan sembrono deklarasi Capres', secara eksplisit: Ciri rezim otoriter, istana tidak netral, istana menolak Anies, istana meneror Nasdem,” ungkapnya melalui akun Twitter pribadi, Sabtu (22/10/2022).
“Tekanan politik yang didemonstrasikan Jokowi tidak etis dalam berdemokrasi,” sambungnya.
Ia menganggap, orang nomor satu di Indonesia ini, terkesan intimidatif dan tidak netral. Padahal kata Faizal, ia menduduki jabatan sebagai presiden.
“Tegasnya, Jokowi mulai agresif memainkan politik intimidatif dan kecurangan jelang Pilpres. Dimana selaku Presiden, Jokowi bersikap tifak netral,” ujarnya.
Dengan itu, Jokowi kata Faizal, sebagai kepala negara yang menjunjung demokrasi malah melecehkan prinsip demokrasi.
“Modus teror politik yang dilakoni Jokowi harus dilawan oleh konsolidasi rakyat secara tegas. Sbb melecehkan prinsip berdemokrasi yang jujur,” bebernya. Baca Juga: NasDem Klaim Anies Baswedan Sudah Sukses Atasi Kemacetan Jakarta, Masa Sih?
Maka dari itu, Faizal mengatakan perlu rumusan konsolidasi yang evektif agar tidak kalah dengan intervensi kekuasaan.
“Apa yg mesti dilakukan? Belajar dari pengalaman dua kali Pilpres sebelumnya, mesti membuat rakyat lebih matang. Bila tidak memiliki rumusan konsolidasi yang efektif, maka akan tergilas oleh intervensi kekuasaan. Potensi seluruh elemen rakyat harus segera dibangkitkan secara solid!”
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajar Sulaiman