Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dulu Kerja di Pom Bensin, Changpeng Zhao Kini Jadi Miliarder Raksasa Kripto

Dulu Kerja di Pom Bensin, Changpeng Zhao Kini Jadi Miliarder Raksasa Kripto Changpeng Zhao, CEO Binance. | Kredit Foto: Reuters/Darrin Zammit Lupi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Miliarder kripto, pendiri dan CEO Binance, Changpeng Zhao adalah orang terkaya ke-33 dunia berdasarkan Bloomberg Billionaires Index. Kekayaan bersih pria yang kerap disapa Zhao atau CZ ini adalah sekitar USD30 miliar (Rp467 triliun).

Zhao adalah salah satu orang paling menonjol dalam cryptocurrency, serta orang terkaya di industri ini.

Musim dingin Crypto telah mengambil korban di seluruh industri, termasuk Zhao sendiri. Perkiraan kekayaan bersihnya secara real-time jauh dari puncak kekayaan pribadinya. Awal tahun ini, kekayaan bersihnya mencapai USD95,9 miliar (Rp1.494 triliun), menurut Bloomberg Billionaires Index.

Baca Juga: Kisah Orang Terkaya: Christopher Hohn, Miliarder Dana Lindung Nilai yang Selalu Salurkan Uang untuk Yayasan Amal

Melansir Business Insider di Jakarta, Rabu (26/10/22) ketertarikan Zhao pada cryptocurrency dimulai pada tahun 2013 ketika dia pertama kali belajar tentang Bitcoin. Karirnya di industri mata uang digital yang sedang naik daun itu dimulai di Blockchain.info, di mana ia menjabat sebagai kepala pengembangan.

Zhao mendirikan Binance pada tahun 2017 dan mendukungnya untuk menjadi pertukaran mata uang kripto terbesar berdasarkan volume perdagangan. Pertukaran yang dijalankan Zhao menangani sekitar USD76 miliar (Rp1.184 triliun) dalam volume perdagangan harian, menurut Protokol. Pada tahun 2021 saja, Binance menghasilkan pendapatan lebih dari USD20 miliar (Rp311 triliun), menurut Bloomberg. Binance lebih besar dari gabungan empat pesaing terbesarnya.

Zhao merupakan pria yang lahir di sebuah desa pedesaan di provinsi Jiangsu di China pada tahun 1977 dari keluarga guru. Pria keturunan China-Kanada ini pindah ke Vancouver pada akhir 1980-an bersama keluarganya.

Ayah Zhao, Shengkai, adalah seorang profesor yang diasingkan ke pedesaan selama Revolusi Kebudayaan di China. Zhao mengatakan dalam posting blog bahwa keluarganya harus mengantre di luar kedutaan Kanada selama tiga hari untuk mendapatkan visa. Dia mengaku beruntung bisa pergi pada waktu itu.

Saat itu, Shengkai berimigrasi ke Kanada untuk mengejar gelar doktor di University of British Columbia. Setelah protes Lapangan Tiananmen pada tahun 1989, Zhao dan keluarganya mengikuti ayahnya pindah ke Vancouver.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: