Karenanya, menurut Dian, situasi pelik kini sedang dihadapi Megawati Soekarno Putri selaku Ketua Umum PDIP. Sikap Megawati yang cenderung diam dan minim komentar seputar pencapresan kian mendorong kelompok oligarki untuk cawe-cawe lebih dalam proses itu.
Harapannya, jagoan merekalah yang dimajukan oleh partai tersebut. Megawati beserta seluruh fungsionaris PDIP tentu memiliki kalkulasi politik yang berbasis pada referensi politik dan pengalamannya di masa lampau.
“Sebagai satu-satunya parpol yang memiliki presidential threshold, Megawati diharuskan menghitung sejumlah aspek sekaligus. Pertama, peluang capres dan cawapres dalam memenangkan Pilpres 2024. Kedua, menjaga kaderisasi dan disiplin PDIP. Ketiga, memastikan kelangsungan kepemimpinan di internal PDIP. Keempat, mengamankan posisi politik Megawati dan keluarganya sebagai pemegang klaim pewaris Soekarno”.
Ditambahkan Dian, saat ini, PDIP bisa diibaratkan dengan emas yang sangat berkilau jelang Pilpres 2024. Mengamankan empat aspek sekaligus membutuhkan kalkulasi politik dengan membaca serangkaian kemungkinan yang bakal terjadi. Politik elektoral mengharuskan adanya modal. Di sinilah para aktor oligarki bergerak dan memainkan posisi tawarnya.
Karenanya, tak mengherankan, apabila pencapresan Ganjar melalui kuasa pencapresan yang menggunakan tangan relawan diidentifikasi sebagai bagian dari kekuatan oligarki.
"Dimana mereka akan memaksa PDIP menerima Ganjar sebagai capres dari PDIP. Bila itu terjadi maka tidak menutup kemungkinan akan mengambil alih posisi Ketum PDIP"
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat