Pemerintah mengindentifikasi empat sumber pertumbuhan ekonomi baru untuk memperkuat fondasi dan ketahanan perekonomian dalam negeri dari beragam ancaman.
Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara menekankan empat sumber pertumbuhan ekonomi baru. Pertama, melanjutkan kebijakan hilirisasi industri minerba. Menurutnya, pertambangan harus diolah dan diproduksi di dalam negeri, serta tidak boleh dijual secara mentah atau raw material.
Tujuannya untuk mendorong industri domestik, menambah lapangan kerja, dan meningkatkan penerimaan negara. “Di sisi minerba, APBN siap memberikan insentif dan relaksasi. Hilirisasi menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru. Undang FDI (foreign direct investment), undang modal-modal domestik melakukan hilirisasi dari produk-produk tambang kita,” kata Suahasil dalam acara The Indonesia 2023 Summit di Jakarta, kemarin.
Kedua, lanjutnya, adalah mendorong penggunaan produksi dalam negeri, seperti arahan Presiden. Dia mengungkapkan sebesar 747 triliun rupiah dari 3.000 triliun rupiah belanja dalam APBN dan APBD 2022 sudah diidentifikasi untuk belanja produk dalam negeri.
“Ini akan kita tekuni, kita telateni, dan kita ingin memastikan belanja produksi dalam negeri ini bisa menjadi sumber pertumbuhan baru,” tambahnya.
Ketiga, untuk jangka menengah, sumber pertumbuhan ekonomi baru Indonesia adalah dengan melakukan transisi ekonomi menuju green economy. Suahasil mengatakan saat ini Indonesia berkomitmen mencapai Net Zero Emission 2060 atau lebih cepat.
Baca Juga: Tak Hanya Beras, Bulog Kini Jaga Stok 10 Komoditas pangan
Untuk mencapai komitmen tersebut, Indonesia harus mengurangi pembangkit listrik batu bara dan membangun renewables energy. Menurutnyam kedua hal tersebut harus dilakukan, bahkan saat Indonesia sedang mengalami surplus listrik. Keempat, sumber baru pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan adalah perlunya memperdalam sektor keuangan.
Saat ini, Indonesia di dalam proses penyusunan Rancangan Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (RUU P2SK) yang didesain untuk menjawab permasalahan saat ini. “Sektor keuangan kita itu quite shallow, belum cukup dalam. Dan ini adalah masalah literasi, masalah biaya transaksi, instrumen keuangan yang harus kita buka,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar
Tag Terkait: