Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Di Konferensi IPOC, Indonesia Tegaskan Sawit Ramah Lingkungan

Di Konferensi IPOC, Indonesia Tegaskan Sawit Ramah Lingkungan Kredit Foto: Boyke P. Siregar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah Indonesia tegas mengatakan kepada negara-negara Eropa bahwa minyak sawit adalah komoditas yang ramah lingkungan. Komoditas minyak sawit juga telah memenuhi standar-standar global terkait aspek keberlanjutan.

Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belgia dan Uni Eropa, Andri Hadi, menegaskan Indonesia sebagai negara produsen minyak sawit terbesar dunia terus manggaungkan sawit sebagai komoditas ramah lingkungan di kawasan Uni Eropa (UE),

“Pada Juli 2022 lalu, Indonesia bersama sejumlah negara produsen yang komoditasnya terkena dampak telah menandatangani surat bersama yang dikirimkan kepada para pemimpin Uni Eropa,” kata Andri Hadi saat menjadi pembicara dalam konferensi minyak sawit IPOC (Indonesian Palm Oil Conference) di Nusa Dua Bali, (3/11).

Andri mengatakan, surat tersebut menyoroti posisi Indonesia sebagai negara terbuka yang mendukung regulasi produk bebas deforestasi dan kelestarian lingkungan.

Pada prinsipnya, Indonesia akan mendorong produk komoditas Indonesia seperti sawit punya peran penting dalam pencapaian SDGs termasuk mendukung petani kecil.

Ia mengatakan tantangan industri sawit ke depan tidak mudah. Selain aturan WTO yang ketat terkait sawit, berbagai regulasi seperti peraturan terkait deforestasi dan kelestarian lingkungan akan tetap dihormati dan dipatuhi.

Baca Juga: Kontribusi Terus Meningkat, Pemerintah Diminta Lebih Hati-Hati Dengan Kebijakan Sawit

Menurut Hadi,meski memberlakukan aturan ketat, UE membutuhkan minyak sawit dan dari negara produsen seperti Indonesia dan Malaysia dalam jumlah signifikan.“Minyak sawit Indonesia memegang 30-40% dari impor UE untuk minyak nabati,” tegasnya.

Menurut Andri, permintaan produk CPO terus menguat terutama pada awal Perang Rusia-Ukraina terutama akibat gangguan rantai pasokan, dan pemulihan global pascapandemi.

“Minyak sawit dapat memenuhi permintaan UE akan minyak nabati, sehingga membantu ketahanan energi di kawasan ini,”pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar

Bagikan Artikel: