Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Wejangan Buat G20 dan Next Jokowi, Oceania Dibutuhkan Guna Maksimalkan Potensi Indonesia Timur!

Wejangan Buat G20 dan Next Jokowi, Oceania Dibutuhkan Guna Maksimalkan Potensi Indonesia Timur! Kredit Foto: Dok. Panpel
Warta Ekonomi, Jakarta -

Jakarta-Kawasan Timur Indonesia perlu menggalang solidaritas Oceania karena memiliki karakter wilayah yang sama. Oceania akan menjadi hotspot masa depan dunia. G20 di Bali semestinya menjadikan Oceania sebagai blue - green development  dibandingkan dengan kawasan lain.

Hal itu terungkap dalam forum diskusi terbatas dari berbagai elemen di kawasan timur yang diinisiasi Archipelago Solidarity Foundation  di Jakarta, Minggu (6/11/2022), yang dihadiri Direktur Archipelago Solidarity Foundation, Dipl.-Oek. Engelina Pattiasina, Prof. Dr. Jan Sopahelawakan, Dr. Ing. Ignas Iryanto, Dr. Ishak Tan, Drs. Robert Bala, MA; kandidat Dr. Laus Calvin Rumayom, Web Warouw, Demianus Meriam, Hengky Ap, Drs. Theopilus Luis, Syarif Lussy, SE dan Daniel Tagukawi.

Baca Juga: Tak Gabung NasDem Selepas Deklarasi, Anies Baswedan Dinilai Beda Sama Jokowi: Dia Bukan Sekadar...

Sesuai data resmi pemerintah, Provinsi Papua, Papua Barat, NTT dan Maluku merupakan empat provinsi termiskin di Indonesia dari satu rezim ke rezim yang lain, tetapi tidak ada kebijakan yang nyata untuk mengangkat kawasan ini. Sementara di satu sisi, sumber daya alamnya dieksploitasi sedemikian rupa.

Engelina Pattiasina mengatakan, forum itu sengaja dirancang untuk mengidentifikasi solusi dan akar persoalan, sehingga kawasan timur tidak semakin tertinggal dari kawasan lain. Dia mengatakan, kalau wilayah yang kaya secara sumber daya alam tetapi terpuruk dalam kategori termiskin selama bertahun-tahun, maka hal itu harus dihentikan, sehingga keterpurukan ini tidak berlanjut ke generasi kini dan mendatang.

Menurutnya, kawasan timur memiliki kekayaan alam yang sangat lengkap baik di darat, laut dan di dalam laut. Pada masa keemasan rempah, juga tidak membawa perubahan di Maluku. Begitu juga dengan saat ini, dimana kekayaan sumber daya alam hanya dieksploitasi tetapi tidak membawa kemajuan bagi masyarakatnya. Justru, masuk sebagai kawasan termiskin, karena Papua, Papua Barat, Maluku dan NTT hanya bergantian nomor urut kemiskinan.

Engelina menegaskan, kawasan ini membutuhkan satu kebijakan khusus untuk mengubah situasi, sehingga tidak menjadi kawasan miskin permanen. “Kita bisa mengangkat situasi keterpurukan ini, termasuk dengan menjalin kerja sama dengan kawasan Oceania,” tegasnya.

Engelina mengatakan, sangat penting untuk membangun kolaborasi dengan kawasan Oceania, karena memang memiliki karakter wilayah yang sama sebagai kawasan dengan perairan laut, pulau-pulau kecil, dan memiliki kemiripan dalam budaya.

Prof.Dr. Jan Sopahelawakan menjelaskan, selama ini kawasan timur dikelola sama seperti pembangunan kawasan kontinental, sehingga melupakan karakter bahari dari kawasan ini. Menurutnya, orang kontinental akan melihat laut sebagai pemisah, sedangkan orang bahari akan melihat laut sebagai pemersatu. Kultur bahari itu sangat berbeda dengan kultur kontinental, karena masyarakat bahari sangat kental dengan keterbukaan dan saling percaya.

Untuk itu, katanya, keberagaman kebudayaan ini tidak tampak dalam berbagai kebijakan Negara, karena cenderung mengedepankan persatuan yang bisa dimaknai secara sempit sebagai keseragaman. Keberagaman hanya bisa terjadi, jika didukung dengan kebijakan desentralisasi asimetris.

“Kita itu sebenarnya sebagai Negara bahari, bukan Negara kepulauan. Karena ‘wilayah kepulauan’ merupakan sudut pandang orang kontinental,” katanya.

Geolog ini mengatakan, kawasan timur itu memiliki sumber daya yang sangat lengkap. Hampir semua yang dibutuhkan dunia di masa depan ada di kawasan ini. Kawasan timur ini membutuhkan sumber daya manusia (pendidikan), teknologi dan financial untuk bangkit dari keterpurukan.

Jan Sopahelawakan sangat mendorong adanya kolaborasi dengan kawasan Oceania, baik antar individu, lembaga ataupun sosial untuk bersama-sama mengembangkan potensi sesuai dengan karakter wilayah yang ada.

Dia menegaskan, kawasan Oceania akan menjadi hotspot masa depan dunia dan kawasan timur ada di dalamnya.

Baca Juga: Dua Kaki Dekati Ganjar Pranowo dan Prabowo, Ada Negosiasi Dalam Manuver Jokowi: Dia Tak Mau Fokus...

Sopahelawakan mengatakan, akan sangat riskan kalau pembangunan kawasan timur hanya melihat dari sisi pragmatis politik, karena jumlah penduduk atau pemilih tidak signifikan untuk membangun posisi tawar. Kalau hanya melihat jumlah dukungan pemilih untuk membangun, katanya, maka situasi akan semakin buruk. “Kawasan timur membutuhkan manajemen disaster untuk keluar dari keterpurukan,” tegasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: