Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jadi yang Terbesar dan Terunik di Asia Tenggara, Bagaimana Situasi Ekonomi Digital Indonesia?

Jadi yang Terbesar dan Terunik di Asia Tenggara, Bagaimana Situasi Ekonomi Digital Indonesia? Kredit Foto: Unsplash/Rawpixel
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sebuah Laporan e-Conomy SEA 2022 yang merupakan hasil riset Google, Temasek, dan Bain & Company mencatatkan informasi penting terkait dengan ekonomi digital Indonesia. Di mana proyeksinya mencapai Gross Merchandise Value (GMV) senilai US$77 miliar pada tahun 2022 setelah tumbuh sebesar 22% selama setahun terakhir dan pada 2025 diproyeksikan akan mencapai US$130 miliar, tumbuh dengan Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 19% dan hingga tahun 2030 diproyeksikan akan tumbuh lebih dari tiga kali lipat di kisaran US$220 sampai US$360 miliar.

"Ekonomi digital Indonesia tetap menjadi yang terbesar dan paling beragam se-Asia Tenggara," tutur Aadarsh Baijal, Partner and Head of Digital Practice in Southeast Asia, Bain & Company seperti dikutip dalam keterangan media pada Selasa (8/11/2022).

Lanjutnya, "penyedia layanan digital harus mengimbangi permintaan konsumen yang kuat melalui keterlibatan yang bermakna dengan berbagai demografi pengguna, dan dengan demikian dapat mendorong partisipasi yang lebih dalam untuk ekonomi internet.

Baca Juga: Laporan e-Conomy SEA 2022 Tunjukkan Proyeksi Luar Biasa Ekonomi Digital Indonesia

Dengan potensi ekonomi digital yang begitu besar, Indonesia dikatakan tetap menjadi tempat yang menarik untuk investasi teknologi. Di tahun 2022 ini, Indonesia dan Singapura menjadi dua tujuan investasi teratas di Asia Tenggara, di mana Indonesia menarik 25% dari total nilai pendanaan swasta di kawasan ini dan dalam jangka panjang tetap menarik bagi investor bersama dengan Vietnam dan Filipina.

"Ekonomi digital Indonesia akan terus menarik minat investasi karena fundamentalnya yang kuat, seperti memiliki basis pengguna yang sangat aktif dalam jumlah besar dan ekosistem startup teknologi yang dinamis," ujar Fock Wai Hoong, Deputy Head, Technology & Consumer and Southeast Asia, Temasek.

Meskipun ada hambatan ekonomi makro di mana nilai transaksi pada semester I 2022 turun US$2 miliar YoY akibat adanya kekhawatiran seputar profitabilitas dan valuasi, namun hal ini bisa lebih diantisipasi dengan kerja sama antar sektor, mulai dari bisnis, pemerintah, masayrakat, dan lembaga untuk memacu pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif dalam ekonomi digital.

Terkait dengan faktor pendukung pertumbuhan ekonomi digital, dalam enam tahun terakhir ini, pertumbuhan di bidang pembayaran, pendanaan, logistik, akses internet, dan kepercayaan konsumen telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Untuk mempertahankan momentum ini, perlu serangkaian faktor pendukung baru yang berfokus pada profitabilitas serta diimbangi dengan perluasan inklusi digitial untuk memenuhi permintaan dari aspek lingkungan, sosia, dan tata kelola serta peluang yang dihadirkan.

Dalam hal ini, Aadarsh Baijal menyampaikan, "kunci untuk mempertahankan momentum positif ini adalah dengan mendorong Usaha Kecil Menengah (UKM) berakselerasi menuju pertumbuhan berikutnya, terutama dengan memperdalam adopsi digital UKM di seluruh SaaS dan alat keuangan."

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Nurdianti
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: