Anwar Ibrahim Nekat Nyalon Jadi PM Malaysia: Ini Soal Menyelamatkan Negara
Anwar Ibrahim kembali mencoba peruntungan lagi, mencalonkan diri menjadi kandidat Perdana Menteri (PM) Malaysia. Pemilu ini, baginya merupakan kesempatan terakhir untuk bisa menjadi orang nomor satu di negeri jiran tersebut.
Seperti dilansir Sydney Morning Herald, kemarin, sambil bersandar di sofa di kamar hotelnya usai berkampanye maraton di negeri bagian Perak, Anwar Ibrahim mengakui, pertarungan kali ini adalah lemparan dadu terakhirnya.
Baca Juga: Sekali Lagi Anwar Ibrahim Bertaruh untuk Posisi PM Malaysia: Saya Optimis
“Secara realistis, saya harus menerima itu,” kata pemimpin oposisi berusia 75 tahun itu kepada The Sydney Morning Herald dan The Age.
“Mari terus melangkah. Ayo bekerja. Tak ada gunanya berpikir negatif. Ini yang terakhir kali, bagaimana jika itu tidak berhasil? Tidak, saya buka seperti itu. Saya seorang yang optimis,” kata pemimpin koalisi Pakatan Harapan itu.
Setelah dua dekade sebagai pemimpin oposisi, Anwar sebetulnya tinggal selangkah lagi menjadi PM Malaysia pada 2020. Namun aliansinya runtuh karena pertikaian, membuatnya semakin jauh dari jabatan puncak.
Kini, di usia 75 tahun, Anwar kembali mencoba meyakinkan warga Malaysia untuk memilihnya dalam pemilihan 19 November nanti, agar dia bisa mewujudkan mimpi menjadi PM.
“Bagi saya, ini tentang menyelamatkan negara, mengubah lanskap politik negara ini,” katanya.
“Anda tidak bisa naif untuk berasumsi bahwa memerangi sistem korupsi sistemik, yang sudah mengakar kuat, akan mudah. Tetapi saya benar-benar terdorong melihat masyarakat yang sangat antusias tentang masalah ini,” imbuhnya.
Politisi yang dua kali dibui atas kasus sodomi itu dan koalisinya tengah menikmati dukungan kuat dari kelas menengah perkotaan dan etnis China dan India. Namun, ia sadar menghadapi tantangan untuk menyusup ke jantung pedesaan Melayu.
Hampir 70 persen dari populasi adalah Melayu, kebanyakan dari mereka Muslim. Selain itu, tidak seperti pada 2018, kali ini oposisi terpecah, dengan adanya PM yang digulingkan Muhyiddin Yassin dan Mahathir Mohamad.
Untuk memperkuat dukungan terhadap koalisinya, Anwar telah menyerahkan bentengnya di Port Dickson, selatan Kuala Lumpur, untuk memperebutkan kursi di Tambun, negara bagian Perak. Ini adalah langkah berisiko yang dapat mengakhiri karier. Tetapi, ia merasa itu strategi yang pas.
Sebagai informasi, Anwar Ibrahim menang mayoritas di Port Dickson pada pemilu 2018. Port Dickson, Negeri Sembilan, memang merupakan basis Pakatan Harapan.
Oh Ei Sun, peneliti senior di Institut Urusan Internasional Singapura mengatakan, Anwar sulit mendapatkan dukungan Melayu yang cukup untuk mencapai garis finish.
“Pemilih Melayu pedesaan akan lebih banyak mengalir kembali ke Barisan Nasional khususnya dan partai-partai Melayu pada umumnya,” katanya.
Anwar juga menghadapi tekanan dari beberapa koalisinya sendiri untuk mundur dan membuka jalan bagi kepemimpinan baru setelah lebih dari dua dekade memimpin.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: