Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Soenarko Harap Buku Putih TP3 Menggelitik Nurani Aparat Usut Tuntas Kasus Pembunuhan 6 Pengawal HRS

Soenarko Harap Buku Putih TP3 Menggelitik Nurani Aparat Usut Tuntas Kasus Pembunuhan 6 Pengawal HRS Suasana di sekitar sekretariat DPP Front Pembela Islam (FPI) di Petamburan, Jakarta, Rabu (30/12/2020). Pemerintah secara resmi membubarkan FPI dan melarang segala aktivitas dan kegiatannya karena tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) sebagai ormas maupun organisasi lainnya. | Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Mayor Jenderal TNI (Purn.) Soenarko dalam sebuah video berjudul HR5 'MARAH' USAI TEMUAN MOBIL TRAGEDI S4DIS KM 50, SOENARKO: APARAT ANGGAP KITA BUTA TULI DAN TOLOL yang diunggah dalam akun YouTube Refly Harun pada 12 November 2022 lalu menyampaikan harapannya terkait dengan peluncuran Buku Putih TP3 yang diharapkan mampu menggelitik nurani aparat dan pemerintah untuk mengusut tuntas kasus pembunuhan enam pengawal Habib Rizieq Syihab (HRS).

Buku yang dimaksud adalah buku yang diterbitkan oleh Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan Enam Pengawal HRS (TP3) dengan judul Buku Putih: Pelanggaran HAM Berat Pembunuhan Enam Pengawal HRS.

"Saya mungkin sampaikan, kehadiran saya ini seperti tadi yang dikatakan Pak Abdullah ini dalam rangka tanggung jawab syariat agama. Selama kita masih punya umur, selama kita masih punya kesehatan, kita wajib menegakkan amal maruf dan nahi munkar. Jadi tidak ada yang saya cari untuk kepentingan pribadi," tutur Soenarko dalam sambutannya di dalam video seperti dikutip pada Minggu (13/11/2022).

Baca Juga: Relawan Anies Kecam Ade Armando: Harusnya Aparat Hukum Ambil Tindakan

Ia melanjutkan, "di samping ini juga karena kecintaan saya kepada NKRI supaya NKRI tetap tegak, berdaulat, sampai kiamat nanti. Jangan sampai NKRI pecah belah karena masalah kepemimpinan, masalah pemerintahan yang tidak punya legitimasi di mata rakyat."

Soenarko menilai bahwa legitimasi pemerintah di mata rakyat sangatlah terasa rendah yang dimulai sejak pelaksanaan pilpres lalu, di mana menurutnya banyak terjadi hal yang aneh dan tidak umum, termasuk ada banyak hal yang ditutupi dan banyak hal pula dilaksanakan secara diam-diam bahkan mungkin dilaksanakan dengan tipuan. Dalam hal ini, Soenarko melihat bahwa kejadian pembunuhan enam laskar FPI yang merupakan pengawal HRS dalam kasus KM 50 telah menyita perhatian dan menusuk publik di tingkat nasional dan mancanegara.

"Pada kesempatan yang perlu saya sampaikan bahwa kejadian pembunuhan itu sebenarnya cukup terang benderang, cukup kasat mata, walaupun dan kalau aparat atau pemerintah mau jujur, saya yakin tidak sulit mengusutnya," ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Nurdianti
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: